Hidup itu seperti sebuah perjalanan. Bergerak dari sebuah titik ke titik lain di masa depan. Pergi ke satu tempat untuk menetap atau hanya sekadar untuk singgah. Bertemu dengan seseorang atau akhirnya memutuskan berpisah.
Seperti halnya sebuah perjalanan, masing-masing dari kita membawa bagasi yang berbeda. Mungkin hanya sebuah kotak kecil yang ringan untuk dibawa, atau koper besar berwarna cokelat muda yang menguras tenaga untuk membawanya.
Setiap orang membawa bagasinya masing-masing. Untuk seseorang, bagasi itu mungkin cukup dibawa dengan sebelah tangan. Dan untuk sebagian yang lain, harus dipanggul dengan menggunakan kokohnya tulang belakang.
Bagasi itu bentuknya bermacam-macam, bisa berupa beban ekonomi yang berkepanjangan, rumitnya kondisi keluarga yang memberatkan, hingga luka atau trauma emosional yang tak kunjung hilang.
Dan layaknya manusia normal, mungkin kadang kita suka membandingkan. Berkata pada diri sendiri : “Seadainya saja saya berada di posisinya. Seandainya saja saya lah orang yang membawa bagasinya.”
Tapi sayang kondisinya tidak seperti itu kawan.
Bring your own luggage. It’s your life. Never compare it with others.
Jangan pernah meminta orang lain untuk membawa bagasimu. Karena ketika kau mulai membandingkan, saat itulah kau kehilangan kebahagiaan.[1]
Mungkin kamu pernah bertemu dengan orang yang sepertinya rela menerima kondisimu, rela membawa bagasimu, namun akhirnya dia sadar, dia tidak butuh beban tambahan.
Dan memutuskan untuk pergi, memilih bersama orang dengan bagasi yang lebih kecil. Agar bebannya terasa lebih ringan.
Jangan kau tangisi kawan. Dia bukan untukmu.
Tetap bersabarlah kawan, ketika kau tergopoh-gopoh berusaha untuk membawa sendiri bagasimu, berusaha menggenggam erat semua koper bawaanmu, atau memanggul semua beban di pundakmu.
Nanti akan ada seseorang yang rela menjulurkan tangannya untuk membantumu. Tersenyum berdiri di sebelah mu.
Membantu membawa barang bawaanmu. Mencengkeram pegangan koper itu bersamamu.
Mungkin karena dia pernah membawa bagasi yang sama. Sebuah koper besar berwarna cokelat muda. Atau memang dia yang rela, untuk membawa bagasimu bersama-sama.
Karena suatu saat, “bagasi mu” akan berubah menjadi “bagasi kita”.
Selama ini jd silent reader hehe, skr mencoba meninggalkan jejak. Nice blog. Betah bacanya :))
Perumpamaan hidup yang unik. Bagasiku, bagasimu, bagasi kita. Like!!
Seperti salah satu episode di serial How I Met Your Mother ni ceritanya…
Bagasiku, bagasiku. Bagasimu, bagasimu. Urusen dhewe.. hehehe..
Nice post..
Hehehe..
Bener ta.. and we should never complain on our own luggage..
Karena pasti akan ada orang yang mengulurkan tangan untuk berbagi..
Nice post ta.. as always :)
Awesome. Bring your own luggage. WORDS :D
”Karena suatu saat, “bagasi mu” akan berubah menjadi “bagasi kita”.
I like this :)
:’)
Bukan hanya membawanya bersama,mempercayakan semua isi bagasi untuk dijaga bersama ^^
perumpaan yang unik dan ngena banget.
“bagasimu” menjadi “bagasi kita”
:)
Waaaah… baru jalan-jalan ke blog lo (lagi) ta dan BAGASI ini keren sekaliiiii. kok gue ngerasa kalo cerita berphilosophy kayak gini lo banget yah, sama seperti buku traveloveing2 dimana lo menceritakan arti dari sebuah perjalanan dengan sangat memukau…
oke bang.. tapi, masih adakah yang mau bawain bagasi saya!!!!
karena suatu saat nanti, kamu + aku = kita :D
one of your best post bg! love it!
love love love
ngena banget sih kak……
Hoamz..
postingan ini sukses bikin mellow siang-siang! boleh ijin repost di blog vealde.blogspot.com ? nanti gue cantumin nama dan alamat blogmu :)
@thea : Iya sudah saya baca juga kok. Tulisannya bagus!
baru mau meninggalkan jejak disini hehe. Two thumbs up for this post!
HIMYM fan?