Bagi kalian yang belum tau, diantara perusahaan migas, ada suatu ajang tahunan bernama PetroCup. Suatu ajang tahunan yang dibikin buat menjalin keakraban antar perusahan migas di Indonesia.
Ajang yang diperlombakan macem-macem, mulai dari sepakbola, voli, futsal, badminton ampe lomba nyanyi. Lomba nyanyi ini namanya PetroIdol. Iya, namanya emang agak norak.
Dan disinilah cerita gue bermula.
Dengan sistem Demokrasi Terpimpin yang berlaku di kantor gue untuk masalah-masalah ekskul diluar kerjaan kantor, muncullah nama gue sebagai salah satu kontestan PetroIdol.
“Itu siapa anak Finance yang dulu pernah nyanyi jadi syekh saman? Iya, dia aja.” begitulah kalimat yang membawa gue ke penderitaan ini.
Dulu gue emang pernah diminta jadi syekh saman, waktu bulan Ramadhan taun lalu. Bukan karena suara gue bagus, semata-mata karena pengucapan bahasa Aceh gue yang masih fasih. But that’s another story.
Dan sekarang, jadilah gue terdaftar sebagai seorang peserta lomba ini.
PetroIdol ini ternyata bukan ajang sembarangan. Event ini dibikin sangat niat oleh penyelenggaranya. Yang jadi jurinya adalah penyanyi-penyanyi terkenal macam Nina Tamam dan Dea Mirella.
Bintang tamunya aja Titi Dj.
Di babak penyisihan, para peserta akan bernyanyi diiringi satu band lengkap.
Dan untuk babak final, acaranya akan diselenggarakan di suatu panggung megah dengan diiringi big band, lengkap dengan para pemain biola dan dan badut Ancol. Pokoknya megah deh.
Persis kayak Indonesian Idol.
Gimana gue gak jadi semakin minder?
Dan ternyata, kantor gue gak kalah niat untuk mengikuti lomba ini. Budgetnya telah disiapkan. Sudah ada seorang guru vocal yang sengaja di sewa jasanya untuk mempersiapkan para peserta (apalagi peserta amatir seperti gue) untuk mengikuti lomba ini.
Oke, sebelum kalian mengira suara gue sebagus Sandy Sandoro atau Afgan, gue kasi tau dulu. Gue gak pernah merasakan pendidikan formal dalam hal menyanyi.
Belajar nyanyi cuma dari main gitar otodidak pas SMP dan dulu waktu tahun pertama kuliah sempet ikutan paduan suara mahasiswa di kampus. Udah, gitu doang.
Dan ini merupakan pengalaman pertama gue mendapatkan pelajaran vocal secara resmi. Toh dibayarin kantor, begitu pikir gue.
Salah satu teman kantor gue yang juga mengikuti PetroIdol adalah Billy. Billy ini jebolan Indonesian Idol jamannya Dirly. Dia sempet masuk hingga sekian puluh besar. Sempet nongol di televisi.
“Wah hebat dong lo Bil, ampe nongol di TV?”
“Apanya yang hebat?!, yang masuk tv cuma bagian gue lupa liriknya. Sialan nih RCTI!!” kata Billy misuh-misuh.
“…………”
Jadi kebayangkan gimana bagusnya suara Billy?
Untuk mengikuti PetroIdol, kami harus membawakan sebuah lagu pilihan sendiri. Boleh bahasa Inggris atau lagu berbahasa Indonesia. Poinnya akan lebih tinggi jika memutuskan untuk membawakan lagu Indonesia.
Lagu inilah yang gue latih bersama guru vocal gue. (Buset, berasa jadi Judika gue kalo nulis begini.)
Hari pertama gue di guru vocal harus dilalui dengan keminderan yang sangat luar biasa. Waktu pemanasan gue udah belepotan. Padahal cuma latian pernafasan, tangga nada dan bergumam dengan diiringi piano.
Setelah pemanasan selesai, si guru vocal nanya :
Guru : “Lagu kamu apa?”
Gue : “Hmmm..belom tau si mas, paling Hampa nya Ari Lasso. Itu yang baru kepikiran”
Guru : “Yaudah, coba nyanyiin dulu. Saya mau denger.”
Nyanyilah gue diruangan itu tanpa diiringi piano. Berusaha semaksimal mungkin, biar ga malu-maluin. Siapa tau abis ini gue ditawarin jadi penyanyi beneran. Trus masuk Idol, trus menang, trus pacaran ama Nikita Willy. Oke sip.
Selesai gue nyanyi :
Gue : “Udah mas..”
Guru : “Hmmm..gak ada lagu lain?”
!@#$%^&%**!$!@!!!!
Dan berakhirlah mimpi gue untuk pacaran ama Nikita Willy.
Sadar bahwa suara gue ga cukup bagus untuk menyanyikan lagu Hampa, gue akhirnya mengganti lagu gue dengan Tapi Bukan Aku nya Kerispatih.
Lagu yang cukup sering gue bawa waktu karaokean. Dan pada saat latian, si guru vocal udah ngomong menggunakan bahasa yang sophisticated yang sangat sulit untuk gue mengerti.
“Kamu abis interlude, ketukannya seperdelapan, jangan seperenambelas” kata dia menjelaskan.
Gue mendadak bingung. Ini belajar nyanyi atau belajar pecahan?
Dan tadi malem, gue datang ke tempat pendaftaran. Untuk ngambil suara bersama band pengiring nanti.
Pas nyampe disana, gue mendadak minder.
Ada yang suaranya kayak Sandy Sandoro, mirip KD, mirip Rio Febrian, merdu-merdu banget. Sementara suara gue kayak seng dilempar batu. Cempreng.
Dan Billy tampil sebelum gue. Dia ngebawain ‘I believe I can fly’ nya R Kelly. Lagu yang kayaknya udah luar kepala buat Billy. Pas dia selesai take sound, para panitia yang nonton ampe teriak “lagi!..lagi!…lagi!”
Ini sungguh tekanan mental buat gue yang maju setelah Billy.
Ketika nama gue dipanggil, gue maju ke panggung.
Bersama band pengiring, gue belajar urutan lagunya, dari mulai song, reff, interlude ampe overtune lagu gue. Jadi biar pas di panggung.
Samar-samar terdengar suara “Lagi! Lagi!Lagi!”
Gue pun semakin semangat untuk bernyanyi, berasa ada segerombolan supporter yang mendukung gue.
Tapi setelah diperhatikan lebih jelas … “Lagi! Lagi! Latian lagi! Latian lagi!”
“More! More! More Practice!”
“…….”
Dan Dedi Dores (Dengan Diiringi Doa Restu) dan dengan bermodal suara remaja beranjak puber, gue mengumpulkan keberanian untuk mengikuti PetroIdol. Nanti akan gue tulis disini hasilnya ya.
Meanwhile, doain gue ya. Bukan untuk menang, tapi at least untuk engga ngompol waktu di panggung.
Dan Indonesia memilih…