Menu
Romeogadungan.com
  • Home
  • Siapa romeogadungan?
  • Buku Saya
  • Kontak
Romeogadungan.com

Meja Rotan

Posted on August 10, 2013September 11, 2013 by romeogadungan

Di ruang makan rumah gue, ada sebuah meja makan terbuat dari rotan. Meja dengan enam buah kursinya itu, terbuat dari rotan yang dililit sedemikian rupa sehingga sangat kokoh untuk menjadi sebuah meja makan.

Meja ini sudah lebih dari satu dekade ada di ruang makan rumah gue. Tak pernah beranjak meski presiden Indonesia udah ganti empat kali.

Sangat unik memang. Gue bahkan gak pernah menjumpai meja seperti ini di rumah manapun, bahkan di sentra kerajinan rotan yang pernah gue kunjungi. Bahkan saking uniknya, meja ini pernah ditawar untuk dibeli oleh orang bule yang pernah datang ke rumah. Tapi seberapapun harga yang ditawarkan, meja rotan ini gak pernah dilepas oleh orangtua gue.

Letaknya ada di ruang makan, tepat diantara dapur dan ruang keluarga. Lampu neon berwarna putih digantung tepat diatas meja itu sebagai penerang ketika malam tiba. Sebuah jendela besar di belakangnya langsung menghadap ke halaman belakang, dimana ada sebuah pohon mangga yang berbuah lebat setahun sekali.

Meja Rotan

Meja ini selalu menjadi tempat untuk makan malam kami sekeluarga. Berpiring-piring lauk pauk, dengan nasi putih yang masih mengebul panas, serta sajian teh manis atau sirup menjadi hidangan khas rumah ini ketika malam tiba. Semuanya tersedia diatas meja rotan yang menemani kami selama bertahun-tahun. Lengkap dengan tatakan piring dan gelasnya.

Tapi sebagaimana normalnya anak-anak pada umumnya, gue dan adik2 gue merasa malas untuk makan di meja makan. Kami lebih memilih untuk makan di depan tv sambil menonton Jin dan Jun lalu kadang dilanjutkan dengan Layar Emas RCTI.

Entah kenapa, makan sambil nonton tv itu terasa jauh lebih menyenangkan. Kami biasanya hanya akan ke dapur untuk mengisi kembali piring yang telah kosong, lalu kembali berlari ke depan tv agar tidak ada siaran yang terpotong.

Anak kecil dan televisi memang sahabat terbaik.

Biasanya bokap hanya akan menyindir secara halus sambil berkata “Makan tuh di meja makan, jangan di depan tv. Ayo kesini. Percuma mejanya udah susah-susah dibeli.”

Bokap emang selalu menyebutkan maksudnya secara tersirat. Tak ingin terlihat lemah. Tipikal pria Sumatera, muka Rambo hati Rinto. Tak pernah menyatakan secara jelas, bahwa dia ingin makan bersama semua anak-anaknya.

Dan karena tidak ingin menjadi anak durhaka lalu dikutuk menjadi dispenser, biasanya kami akan kembali duduk di meja makan sambil bersungut-sungut karena kesal telah dipisahkan dari televisi.

“Ngapain sih harus makan penuh etika kayak gitu?” pikir gue waktu itu.

Ritual itu berlangsung hampir tiap malam. Selama bertahun-tahun.

Dan akhirnya gue lulus SMA dan melanjutkan kuliah di Bandung lalu kini bekerja di Jakarta. Kehidupan berlanjut dan perlahan gue mulai menjalani kehidupan seorang pria dewasa di ibukota. Kadang di kala lembur dan tidak ada kegiatan, gue biasanya hanya membeli nasi bungkus dan makan sendirian di kamar kosan.

Dan saat itu lah gue menyadari bahwa makan malam bersama keluarga di sebuah meja rotan menjadi sangat berharga. Bercerita dengan semangat tentang keseharian gue, tertawa menggoda kebodohan adik-adik gue, atau mendengarkan petuah-petuah yang datang dari bokap gue. Bukan masalah etika, tapi hanya bentuk syukur dan perekat sebuah keluarga setelah seharian berpisah.

Momen-momen makan bersama di meja rotan kini hanya bisa gue nikmati setahun sekali, dengan kondisi yang sudah tidak lagi sama.

Kakak gue yang sudah jarang pulang karena ikut suaminya, gue yang hanya bisa pulang setahun sekali karena sudah tinggal di Jakarta, adek gue yang sudah masuk asrama sekolahnya. Satu persatu, penghuni enam kursi rotan itu mulai pergi menjalani kehidupannya masing-masing.

Layaknya sebuah burung, kami kini mulai terbang dengan sayap kami masing-masing. Mencoba menjelajahi dunia dengan kemampuan sendiri jauh dari keluarga.

Makan bersama di sebuah meja rotan kini berbeda. Masih menawarkan kehangatan yang sama tapi tidak lagi sempurna.

Kini, sebuah meja rotan masih diam di tempat yang sama. Sebuah pertanda kehangatan sebuah keluarga yang bisa gue nikmati setahun sekali.

Dan gue yakin, kalian juga mempunyai ‘meja rotan-meja rotan’ yang sama. Meja rotan yang diam di tempat yang kalian sebut Rumah.

Dan disaat Lebaran seperti ini, saatnya kembali pulang ke ‘meja rotan’ kita masing-masing. Menikmati apa yang selalu kita sebut sebagai Keluarga.

Selamat Idul Fitri 1434 H. Mohon maaf lahir dan batin.

 

Sharing is caring:

  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to email this to a friend (Opens in new window)

3 thoughts on “Meja Rotan”

  1. nina noichil says:
    August 10, 2013 at 7:29 pm

    Kalo di rumah, perekatnya adalah dapur, poci teh dan pisang goreng. Ritual tiap pagi selalu ngumpul di dapur, ngemil pisang goreng, nyeruput teh panas, lalu nggosip :))
    suka tulisannya bang ?

  2. febby says:
    August 30, 2013 at 12:28 pm

    Abis baca ini baru nyadar klo di rumah selalu mkn di meja mkn kecuali klo lg sendirian aja mkn di ruang tv, dan justru obrolan itu ngalirnya di meja makan yang umurnya lebih tua dari gw.. kumpul kluarga besar pun meja makan ini jd tempat favorit buat ngobrol2..
    Sekarang rumahnya udah beda, tapi meja makannya tetep sama..semoga bisa terus jadi perekat keluarga :)

  3. Pingback: Namanya Gery : Romeogadungan.com

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Google
Custom Search

Find me on Facebook

Twitter Feed

Tweets by @romeogadungan

Langganan via e-mail

Masukkan alamat email anda:

Delivered by FeedBurner

Follow me on Twitter

follow me buttons

Postingan Terbaru

  • Tiga Puluh Tiga
  • Day 5: My Parents
  • Day 4: Places I Want To Visit.
  • Day 3: A Memory
  • Day 2: Things that makes you happy

Popular Posts

  • Mencoba Lari Lagi - BajakJKT 2014
  • Koreksi Felixsiauw
  • Mencoba Lari : #BajakJKT
  • Pengalaman membuat paspor
  • Gue sakit GBS..
  • Auditor itu..
  • Tuhan Sedang Bercanda
  • Cantik itu relatif? Think Again!
  • Day 1, Kuala Lumpur

Komentar Terbaru

  • Ira on Tiga Puluh Tiga
  • gghadit on Tiga Puluh Tiga
  • Rintis on Tiga Puluh Tiga
  • rizka dwi mulyani on Tiga Puluh Tiga
  • @MagdalenaMPL on Tiga Puluh Tiga

Archives

Tags

#BajakJKT Aberdeen Adaptasi kuliah di Aberdeen Adaptasi kuliah di Luar Negeri Adaptasi kuliah di Scotland Beasiswa ke Aberdeen Beasiswa Pemda Aceh ke UK Beasiswa S2 ke luar negeri berita terbaru best moments Biaya Hidup Di Aberdeen buku lucu. novel gagas media cerita travelling christian the lion demam berdarah Hidup di Aberdeen iklan jadul inspirational moments jalan-jalan ke kalimantan kantor auditor kerja di KAP KKN Unpad kondisi aceh sekarang Kuliah di Aberdeen Kuliah di Aberdeen University Liburan ke Derawan memantau kinerja blog meningkatkan kinerja blog Mimpi S2 ke luar negeri Nostalgila Novel Novel GagasMedia Novel komedi Novel komedi GagasMedia Novel Komedi Indonesia Terbaru novel lucu ospek lucu ospek unpad Pemikiran aneh Pengalaman kuliah di Aberdeen University Pengalaman kuliah di UK pria dan wanita rahasia pria Sekolah S2 ke eropa wisata ke Aceh
©2021 Romeogadungan.com | Powered by WordPress & Superb Themes
loading Cancel
Post was not sent - check your email addresses!
Email check failed, please try again
Sorry, your blog cannot share posts by email.