Blackberry oh Blackberry

Disclaimer : bagi pemilik Blackberry mungkin akan tersinggung dengan tulisan gue berikut ini.

Jadi sebaiknya, postingan ini jangan dibaca. Tunggu, dan baca saja postingan gue berikutnya nanti.

Eh, masi tetep baca??

Oke, Gue simpulkan lo adalah orang yang tidak memakai Blackberry atau lo adalah pengguna Blackberry tapi juga merupakan penggemar tulisan gue.hehe.

Cekidot.

Diklien gue yang ini, gue ga perlu repot buat nyari makan siang. Gue disediakan makan siang di kantin.

Ada sih kantin karyawan, yang kayak kantin dipenjara gitu. Tapi gue makan di kantin khusus buat level manajerial.

Disana, kadang gue makan berdua ama temen gue, atau kadang makan sendiri. Gue ngambil meja dipojokan biar bisa makan dengan leluasa.

Ga mungkin kan gue nimbrung makan bareng ama manager dan senior manager yang ada disitu.

Jadi yaudah, dikala temen ngaudit gue ga datang, gue kadang makan sendiri sambil mendengarkan mereka ngobrol satu sama lain. Atau bahasa familiarnya…nguping.

Dan topik yang paling sering mereka omongkan adalah masalah gadget dan teknologi.

 

Seorang ibu manager akunting, sebut saja Ibu Sisca, sedang bimbang, apakah dia sudah merasa perlu membelikan anaknya yang masih SMA sebuah Blackberry.

Seorang manager lainnya, dengan berlagak seorang sales, memberikan seluruh informasi mengenai Blackberry kepada Ibu Sisca.

Gue (sambil nguping tentu saja) mendengarkan betapa rewelnya anak Ibu Sisca meminta Blackberry.

Si anak, merayu ibunya untuk membelikan BB, karena teman-teman sekolahnya sudah ber-BB semua (BB disini Blackberry ya, bukan Bau Badan. Agak rancu kalau masalah bau badan diomongin di meja makan. Kecut-kecut gimana gitu.).

Rayuan rayuan pulau kelapa terus dilakukan oleh si anak.

Bahkan sampai mengirimkan email ke ibunya yang berisi katalog BB terbaru lengkap dengan harganya.

Padahal, menurut si Ibu Sisca, dengan segala kecanggihan BB yang bisa digunakan, kemungkinan fitur yang cuma akan digunakan oleh anaknya adalah…

Wait for it….

Facebook dan Twitter.

Ya, sodara2. Inilah yang pengen gue angkat dalam posting kali ini.

Betapa masyarakat kita sangat latah dalam mengikuti mode. Padahal, ga tau apa-apa, apakah mode itu sesuai dengan kebutuhan. Ingat, semakin banyak suatu barang dikonsumsi, semakin berkurang nilainya.

Ada satu postingan di kaskus, yang berisi curhatan kaskuserwati, yang masih SMA, betapa mindernya dia karena ga make BB dan ga bermobil, pacarnya cuma operator warnet,  dan dia pengen banget punya BB, apalagi dibeliin.

Akhirnya apa??dia dicaci maki di kaskus karena kurang bersyukur.

Oke gue ceritain.

Di Amerika, Blackberry digunakan oleh businessman, politikus. Yang paling fenomenal yang gue ingat adalah, Blackberry digunakan olah Obama pada masa kampanye nya untuk mengontrol basis suara didaaerah-daerah, dengan cara berkomunikasi dengan tim kampanyenya diseluruh Negara.

Karena isu dalam kampanye di Amerika bisa sangat sensitif sehingga sangat membutuhkan komunikasi 24 jam.

Businessman menggunakan Blackberry untuk bisa mobile dalam bekerja, karena fitur2 maha canggih dalam BB bisa dimaksimalkan dalam bekerja.

Di Indonesia?? Blackberry paling banyak digunakan oleh mahasiswa, Ibu rumah tangga, dan anak SMA. Tujuannya apa sodara-sodara? Facebook, twitter, dan BBM.

Ya fitur terakhir inilah yang menurut gue paling ngga banget.

Oke, gue ceritain lagi. Beberapa minggu kemudian, di kantin manager itu, para manager kembali terlibat dalam obrolan seru.

Kali ini obrolannya mengenai masalah operator seluler. Seorang manager pria, bercerita seru, betapa murahnya tarif yang dikenakan operator selulernya untuk telepon maupun sms.

“telepon cuma sekian rupiah, sms aja cuma sekian rupiah ke semua operator, telepon ke rumah juga sangat murah” kata sang manager sangat bersemangat.

Bangga gitu karena tarifnya murah sesuai iklan.

Gue yang dengar jadi agak miris sendiri. Geli juga iya.

Tau kenapa?

Karena, dengan kemampuan daya beli seseorang untuk membeli handphone mahacanggih (ya, ini sarkasme kawan!), seperti Blackberry, seharusnya pulsa bukan lagi menjadi masalah.

Agak rancu aja gitu, ketika seseorang menenteng Blackberry keluaran terbaru kemana-mana, tapi masi ngeributin pulsa paling murah atau paling parah, ga punya pulsa!

Siapa diantara yang baca tulisan ini, selain punya Blackberry juga punya handphone CDMA??tujuannya apa?? Biar nelpon murah juga kan??

Inilah yang bikin gue geli. Gue kenal seseorang yang handphonenya biasa aja, tapi tagihan pulsa perbulannya bisa membeli sebuah handphone baru.

Gue juga punya CDMA, tapi hampir tidak pernah digunakan.

Sekarang banyak banget yang ngerayu gue untuk membeli BB, biar gampang komunikasinya gitu. Biar pertemanan kita terjaga, kan ada BBM, itu alibi mereka.

Alibi gue, ketika pertemanan kita ga bisa memaksa kalian untuk merelakan 350 rupiah (tarif sms paling mahal, btw) untuk sms gue untuk sekedar nanyain kabar, itu namanya bukan teman.

Persahabatan dengan gue cuma dihargai BBM gratis??mending ga usah.

Apalagi alibi mereka ya??

Oia, kan dengan BB bisa ym-an gratis. Jadi bisa ngajak chat gue kapan saja. FYI, Saya dengan modem murah saya, online hampir 12 jam sehari. Bukan masalah kan?

Tulisan ini bukan bentuk rasa iri saya kepada kalian pemilik BB,

Bukan iri, apalagi dengki. Meskipun sekarang harus saya akui, sangat susah mencari charger Sony Ericsons di kantor atau dimana saja, untuk ngecas hape saya ketika lowbet.

BB telah menjadi hape sejuta umat.

Generasi BB telah lahir!

Jadi, dengan segala kerendahan hati, saya ingin mengatakan, pilihlah barang sesuai dengan kebutuhan, bukan karena trend, atau paksaan teman. Itu adalah pilihan yang saya ambil.

Hape saya biasa aja, bisa sms, bisa nelfon, bisa dengerin musik, bisa internetan juga, kamera seadanya, tapi kalau teman-teman sms saya, pasti saya balas dengan senang hati.

Mungkin beberapa teman baik saya, yang saya tau suka baca ocehan saya disini, merasa tersindir dan tersinggung.

Maafkan saya teman-teman. Mulut saya memang masih perlu sekolah! Postingan ini cuma melampiaskan unek-unek.

Maafkan saya, kalian masih teman baik saya. Apalagi yang sering sms saya dan mau sering-sering traktir saya.hehe.

Terakhir,

Jangan jadi bangsa yang latah teman-teman! Beli sesuai kebutuhan, jadilah konsumen yang bijak.

Blackberry oh Blackberry.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top