Rentak Harmoni – Sebuah Review

Beberapa hari yang lalu, gue mendapatkan undangan untuk menyaksikan Rentak Harmoni di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Gue dan beberapa blogger/penulis lain seperti RoySarah dan Kang Adhitya Mulya udah janjian untuk nonton bareng di TIM.

Rentak Harmoni ini adalah pagelaran drama musikal tentang pendidikan yang dibikin oleh Alumni Pengajar Muda Yayasan Indonesia Mengajar.

Pagelaran Rentak Harmoni di hari Sabtu kemarin sebenarnya ada dua kali. Acara yang siang lebih ditujukan untuk keluarga, pers dan media. Sedangkan acara yang malam ditujukan untuk umum. Beberapa hari menjelang acaranya berlangsung, gue udah dapet kabar kalau tiketnya udah sold out.

Demand untuk acara musikal di Indonesia masih tinggi tampaknya. Apalagi event ini dibikin oleh sukarelawan sukarelawati Gerakan Indonesia Mengajar. Buat gue, acara ini tampak menarik karena isu-isu berat seperti pendidikan yang dicoba untuk dimasukkan dalam acara yang menghibur seperti drama musikal.

Oke, sebelum gue cerita lebih jauh, hal ini harus digarisbawahi.

Rentak Harmoni ini nggak profit oriented. Acara ini 100% dibuat oleh relawan-relawan Indonesia Mengajar demi menimbulkan kesadaran untuk semangat kerelawanan di Indonesia. Dan semua keuntungan dari acara ini akan didonasikan untuk kegiatan-kegiatan Indonesia Mengajar.

Dari poin itu aja udah bikin gue tertarik untuk nonton Rentak Harmoni.

Nyampe di TIM dengan agak telat, gue masuk dengan agak terburu-buru. Setelah registrasi dan mendapatkan nametag bertuliskan PERS, gue langsung masuk ke dalam dan mendapati auditorium yang sudah gelap.

Sambil berjalan dengan perlahan agar tidak mengganggu penonton lain dan tidak salto ke bawah, gue berusaha dengan sangat hati-hati untuk melangkah turun. Setelah meraba-raba dalam gelap, ternyata gue mendapatkan tempat duduk yang sangat nyaman. Hanya terpisah beberapa meter dari panggung. (Terima kasih, Iwa!).

Semua sudut panggung dan seluruh pemain musiknya bisa gue liat dengan jelas, termasuk mbak-mbak pemain piano cantik yang minta banget untuk diseriusin.

Rentak Harmoni sendiri bercerita tentang Warita Dikara, sebuah daerah yang dibangun oleh kekayaan mimpi dan pemikiran warganya. Lewat dongeng rakyat, kearifan tersebut diturunkan dari satu generasi ke penerusnya, mendidik mereka untuk hidup dalam ketentraman.

Hingga salah satu warganya memutuskan untuk sesuatu yang berbeda dan menimbulkan perubahan dan konflik di antara mereka.

Secara keluruhan, Rentak Harmoni bisa dibilang sebagai acara yang sukses. Plot di bagian pertama yang sedikit lambat seolah bisa dimaafkan begitu melihat pertunjukan di bagian kedua.

Pun begitu beberapa kesalahan-kesalahan teknikal kecil seperti lighting, satu dua kali terdengarnya feedback dari sound system, dan perpindahan property yang sedikit kurang mulus menjadi terlupakan.

Di bagian kedua, alur cerita mulai menanjak dan mulai memberikan gambaran jelas bagi penonton tentang konflik apa yang ingin ditampilkan. Di bagian ini, dua karakter favorit gue muncul dan menjadi nyawa utama ceritanya.

Sigra dan Lena.

Lagu-lagu yang mereka bawakan terdengar renyah, lucu, spontan yang memancing tawa dan tepuk tangan yang gemuruh dari seluruh pengunjung yang datang. Kredit lebih harus diberikan kepada Sigra. Mimik muka dan celotehannya menjadi punchline yang sangat segar dan berbeda. Belum lagi suaranya yang bulat dan merdu.

Adegan ketika Sigra berusaha merayu Ibu dan Bapaknya menjadi favorit gue.

Tanpa mengecilkan kerja keras pemeran lain, Sigra menjadi karakter favorit gue siang itu.

Sigra, kamu lucu sekali!

Satu hal lagi yang mengejutkan buat gue adalah betapa bagusnya suara para pemeran Rentak Harmoni ini. Melakukan seni peran sambil bernyanyi secara live pasti bukan hal yang gampang untuk dilakukan. Bahkan, suara Nara (pemeran pria utamanya) mirip banget ama suara Afgan.

Asli!

Dan mengingat mereka adalah relawan, bukan aktor apalagi penyanyi, semakin menambah kekaguman gue.

Seluruh pemeran Rentak Harmoni. Keren!

Di ujung acara, tanpa ragu gue langsung berdiri dari bangku dan memberikan standing ovation untuk Rentak Harmoni. Bravo untuk seluruh panitia dan pendukung acaranya!

Bagi kalian yang kelewatan dan ingin berkontribusi untuk acara ini, kalian tetap bisa kok untuk berkontribusi. Silakan baca-baca websitenya di rentakharmoni.org atau ikutan menyumbang ke kegiatan Indonesia Mengajar via link donasi berikut http://iuran.indonesiamengajar.org/

Intinya, kegiatan ini dibuat untuk menyebarkan kepedulian sesama terhadap isu-isu pendidikan di Indonesia. Memunculkan sense of belonging masyarakat Indonesia terhadap negaranya sendiri.

Dan terima kasih Rentak Harmoni yang telah mengundang gue,

Terima kasih, Iwa!
Terima kasih, Rentak Harmoni!
Terima kasih, seluruh panitia!

Dan untuk pembaca gue, mari ditunggu donasinya!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top