Muaythai

Beberapa hari yang lalu gue nyobain Muaythai, olahraga yang belakangan ini memang lagi booming di Jakarta. Beberapa studio sudah menawarkan kelas Muaythai untuk para pekerja kantoran yang memang sudah malas dan kehabisan cara untuk mencari keringat.

Oke, buat yang belum familiar dengan olahraga ini, gue akan jelasin sedikit.

Muaythai itu adalah seni bela diri dari Thailand yang biasa kita kenal dengan nama kick boxing. Tidak seperti tinju konvensional yang hanya menggunakan kepalan tangan, kick boxing bertarung lebih ganas lagi dengan menggunakan pukulan, tendangan, serangan siku, lutut, kunci inggris, dan penggaris besi (buat lulusan STM).

Muaythai yuk bang?

Buat gue, ini adalah satu-satunya bela diri yang pernah gue ikuti sejak kecil. Gue sama sekali belum pernah berkesempatan mengikuti olahraga bela diri apapun semacam karate, pencak silat, atau bahkan gulat lumpur.

Menghadapi kelas Muaythai pertama ini, gue sedikit khawatir. Takut kalo gue akan ditinju, ditendangin, dan dipukulin anak STM. Atau kalo pelatihnya sedikit banci, gue takut tete gue akan dicubitin di kelas ini. Agak susah berantem sambil menghindari cubitan di tete.

Tapi gue memasang sebuah tekad keras di dalam hati. If I can survive from Bikram Yoga, that means I can survive from Muaythai!

Tapi pada akhirnya semua bayangan gue gak terbukti. Gue menikmati setiap prosesi kelas Muaythai ini. Pertama-tama tangan kita akan dibungkus handwrap untuk menghindari cedera. Handwrap ini dibungkus melindungi pergelangan tangan dan buku-buku jari dari resiko keseleo.

Gue dibantu oleh pelatih untuk memasang handwrap di kedua tangan. Setelah handwrap gue terpasang dengan sempurna, ada sesuatu yang aneh terjadi. I feel awesome!

Sawadikhap!
gambar diambil disini

Dengan kondisi tangan yang dibungkus handwrap, gue merasa seperti petarung professional. Berarti ini yang dirasakan Mike Tyson sebelum bertinju. Perasaan seorang petarung!

Sesi pertama dimulai dengan skipping untuk melemaskan otot-otot agar panas.

Buat gue yang sering main lompat karet ama kakak perempuan gue waktu SD dulu, skipping bukan masalah. Yang jadi masalah adalah otot betis yang ketarik karena udah kelamaan gak gerak. Dan setelah skipping 10 menit,  gue memulai sesi latihan dengan kaki tukang becak.

Awalnya gue diajari posisi bertarung dalam Muaythai.

Kuda-kuda harus tegak, lutut kiri harus selalu berada di depan, agar kaki kanan bisa langsung menendang lawan. Kedua tangan harus melindungi kepala dengan posisi tangan kiri yang sedikit lebih depan agar tangan kanan siap untuk melayangkan surat cinta pukulan.

Kemudian nama-nama dan teknik gerakan dalam Muaythai dijabarkan satu persatu oleh sang pelatih.

Strike : Pukulan lurus ke depan menggunakan tangan kanan.

Jab : Pukulan lurus ke depan menggunakan tangan kiri.

Hook : Pukulan dari samping, bentuknya seperti pengait/hook. (bisa menggunakan tangan kiri atau tangan kanan. Jangan tangan orang lain!)

Uppercut : Pukulan ke atas dari arah bawah . (bisa kanan atau kiri)

Duck : Awalnya gue kira ini adalah bebek yang dilepaskan dalam kondisi terjepit, tapi bukan. Ini adalah gerakan menunduk untuk menghindari pukulan.

Elbow : Cukup jelas. Menyerang dengan menggunakan siku (bisa siku kanan atau siku kiri, tergantung posisi dan izin Allah)

Knee : Cukup jelas. Menyerang dengan menggunakan lutut kiri atau kanan. (Yang gue curigai dilakukan untuk menghancurkan biji lawan)

Kick : Tendangan mendorong ke depan untuk menjauhkan lawan. Tapi jangan jauh-jauh, nanti jadi LDR.

Middle Kick : Tendangan menyamping dengan tulang kering, dilakukan ke arah badan.

Kunci Inggris dan penggaris besi : Buat jaga-jaga kalau semua jurus diatas gak berfungsi.

Ingat, bahwa semua gerakan ini harus dilakukan dengan posisi melindungi kepala. Jadi setelah melakukan serangan, kedua tangan harus kembali ke posisi semula.

Pelatih : “Ketika menendang, kaki yang satu dijadikan poros. Putar pinggangnya agar tendangan menjadi lebih bertenaga. Jadi, ikutan Muaythai pasti ngecilin pinggang karena banyak gerakan menggunakan pinggang.”

Gue cuma mengangguk mendengarkan penjelasan pelatih dengan seksama.

Setelah dilatih melakukan pukulan dan tendangan, gue langsung dihadapkan untuk sparring bersama pelatihnya. Sang pelatih menggunakan semacam bantalan tebal di kedua tangannya untuk menahan benturan dari pukulan dan tendangan murid-muridnya. Dasar murid kurang ajar!

Gue sendiri menggunakan glove atau sarung tinju yang membantu meredam efek pukulan.

Dalam prosesi sparring itu, pelatih akan meneriakkan gerakan yang harus gue lakukan. Agar semakin mendekati situasi nyata dalam sebuah pertarungan, semua pukulan atau tendangan harus dilakukan secara cepat dan tangkas.

Tapi yang jadi masalah, teriakan yang dikeluarkan terlalu cepat buat otak gue yang baru saja menghapal semua nama-nama gerakan .

Pelatih : “Jab! Strike!” *ngomong dengan kecepatan suara*

Gue : *memukul dengan tangan kiri dan tangan kanan*

Pelatih : “Jab! Strike! Hook! Strike!

Gue : *memukul sambil mikir, pukulan mulai lambat*

Pelatih : Jab! Strike! Hook! Strike! Uppercut! Elbow! Middle! KNEE!

Gue : errr apa?

Dang! * Pelatih memukul kepala gue dengan bantalan yang dipegangnya*

Saking lambatnya otak gue bereaksi, gue dan pelatih tidak terlihat seperti orang yang sedang bertarung, tapi kayak lagi main pok ame-ame.

Pelatih : Ulang! Jab! Strike! Hook! Strike! Double!

Gue :  *memukul kanan kiri dengan berulang*

Pelatih : Jab! Strike! Elbow! Knee! Uppercut! Strike! Jab! Strike!

Gue : “Bentar pelatihhhhh, otak gue masih loading!” teriak gue dalam hati.

Pelatih : Jab! Strike! Uppercut! Strike! Elbow! Knee! Jab! Strike! Duck!

Gue : Duck? Mana? Arrrghhh!!

At the end, latihan ini bener-bener menguras tenaga. Rutin mukul kayak gitu, membuat gue kadang lupa untuk melindungi kepala setelah menyerang. Hal ini berujung pada pukulan pelatih di kepala gue.

Sesi Muaythai gue berakhir dengan lengan yang terasa sangat lemas. Malam pertama gue setelah latihan, tangan gue benar-benar lemas tak bertenaga. Untuk mengetik di layar handphone aja susah.

Secara garis besar, Muaythai cocok buat kalian pencari keringat dan pengen sehat dengan cara yang bernuansa bermain, tapi tiba-tiba keringetan. Gak hanya duduk di ruangan dengan alat-alat kayak fitness. Yah, ini preferensi pribadi sih.

Yang pasti, ini bukan kelas Muaythai pertama gue. Gue pasti akan nyobain kelas-kelas berikutnya.

Buat sekarang, gue mau ngapalin gerakan dulu bareng anak STM.

Jab! Strike! Hook! Strike!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top