Selepas kuliah dari Unpad, gue langsung keterima bekerja sebagai financial auditor di salah satu big 4 accounting firms di Jakarta.
Dua tahun bekerja di sana, gue lalu pindah ke salah satu perusahaan migas yang beroperasi di Indonesia.
Gue bergabung melalu jalur Management Trainee perusahaan ini, di mana gue akan bergabung dalam sebuah program selama tiga tahun dan dirotasi ke berbagai posisi dalam perusahaan untuk bisa mendapatkan full exposure bagaimana bisnis migas beroperasi.
Waktu itu, gue berhasil menyisihkan sekian ribu kandidat dan bisa masuk dan bekerja dengan ijasah S1 gue. Dari gelombang MT program itu, gue adalah salah satu dari sedikit lulusan sarjana yang bekerja di sana.
Hampir semua teman seangkatan gue waktu itu sudah mengenyam pendidikan master, beberapa di antaranya adalah lulusan US dan UK. Waktu itu gue melihat tidak adanya perbedaan di antara kami.
“Santai lah, toh lulusan sarjana juga bisa bersaing kok!” gue percaya diri waktu itu.
Tapi karena kuliah S2 di luar negeri sudah menjadi mimpi gue dari kecil, hal ini terus gue usahakan selama hampir lima tahun lamanya. Dan akhirnya, Januari 2015 gue berangkat ke Aberdeen untuk mengambil MBA gue.
Dan beberapa waktu yang lalu, gue mendapat sebuah pertanyaan di ask.fm gue.
“Kak, sebenarnya penting nggak sih kuliah S2? Terutama S2 di luar negeri?”
Karena udah tau rasanya kuliah S2 di luar negeri, sekarang gue bisa menjawab pertanyaan ini. Jawaban gue akan berdasarkan pendapat gue pribadi yang mungkin akan sangat subjektif dan kalian bisa saja nggak setuju. Jawaban gue cenderung ke arah dunia ekonomi dan bisnis, tapi mungkin bisa juga diterapkan untuk jurusan yang lain.
Jawaban gue adalah : Tergantung lo mau jadi apa?
Kalau lo pengen jadi akademisi, baik itu dosen atau peneliti. Langsung melanjutkan ke jenjang pendidikan master adalah jawabannya. Baik di Indonesia ataupun di negara lain. Lo akan menambah kredibilitas dalam penelitian dengan makin banyaknya pendidikan formal yang lo tempuh.
Tapi kalau lo pengen akselerasi karir (baik di pemerintahan atau di swasta), gelar S2 nggak terlalu berguna.
Serius. Mending begitu lulus sarjana, langsung cari kerja di perusahaan-perusahaan swasta atau BUMN. Hampir nggak ada bedanya fresh gradute yang lulusan sarjana atau master dari akselerasi karir untuk entry level. Kalau ada perbedaan, paling cuma di starting salary yang cuma berbeda beberapa ratus ribu rupiah saja.
Terus kenapa lo ngambil master, Ta?
Selain karena ini sudah jadi mimpi gue dari kecil. Gue sudah merasa cukup jenuh dengan dunia pekerjaan gue. Dan gue butuh break sejenak dan mengasah otak gue dalam hal akademis. Dan melanjutkan pendidikan tinggi adalah jawabannya.
Gue bahkan nggak tau apakah gelar master gue ini akan membantu karir gue nantinya. Bahkan beberapa materi kuliah gue saat ini sudah pernah gue dapatkan dari training yang disediakan kantor.
Tapi yang pasti, ini adalah hal yang gue mau.
Lantas apakah harus S2 luar negeri?
Gue nggak bisa bohong, sejak adanya beasiswa LPDP, banyak sekali pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan ke luar negeri. Dan ini menimbulkan kesan bahwa, S2 ‘harus’ ke luar negeri. Amerika, Australia dan UK adalah tiga negara ‘mainstream’ tujuan anak-anak Indonesia saat ini.
Tapi jujur, rasanya nggak ada bedanya lulusan dalam negeri atau luar negeri ketika lo sudah bekerja dalam satu perusahaan. Kecuali lo lulusan kampus-kampus ternama semacam Harvard atau Stanford. Tapi kalau lo lulusan kampus-kampus di luar kampus top 1% di dunia, semuanya akan sama saja.
Tapi nggak bisa dipungkiri, ada hal-hal yang ditawarkan ketika kuliah di luar negeri :
1. Fasilitas, nggak perlu dibahas lebih jauh. Fasilitas pendidikan di luar lebih baik dari fasilitas yang ada di Indonesia. Mulai dari perpustakaan, jurnal-jurnal ilmiah hingga hal-hal sepele kayak koneksi internet yang lebih kencang.
2. Bahasa Inggris yang jelas akan semakin terpakai. Dengan kuliah di luar negeri, kemampuan Bahasa Inggris otomatis akan semakin tajam karena digunakan terus menerus. Diskusi, presentasi bahkan ngigo aja udah dalam Bahasa Inggris.
Syaratnya jangan kebanyakan nongkrong ama anak-anak Indonesia juga.
Ini yang terjadi di banyak anak Indonesia di luar. Entah karena minder bergaul atau hanya terlalu nyaman bergaul dengan orang Indonesia saja, lingkaran pertemanannya jadi sangat terbatas. Tapi kembali lagi, itu pilihan tiap-tiap orang. Who am I to judge?
3. Networking, kuliah di luar negeri memberi kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang berpemikiran hebat, berbeda dan menginspirasi. Orang-orang yang sudah bertahun-tahun dibentuk oleh budaya dan kebiasaan yang sangat berbeda dengan kita. Dan beradu argumen dengan orang-orang seperti ini sangat membuka pikiran. Memberi perspektif lain dalam berpikir. Jadi kita nggak selalu menganggap cara kita adalah cara yang paling benar.
Dan kuliah dengan lingkungan seperti ini akan membentuk karakter. Toleransi, time management, critical thinking, creative thinking, building your arguments properly dan lain-lain.
Dan menurut gue, karakter yang melekat inilah yang akan menjadi benefit terbesar dalam jangka panjang. Bukan materi kuliah itu sendiri.
Terus, negara mana yang terbaik kak? Atau universitas mana yang terbaik?
Jujur, gue nggak akan menjawab mengenai masalah ini secara spesifik. Dan gue menyarankan kalian, untuk nggak menanyakan hal ini kepada mahasiswa Indonesia manapun yang sedang kuliah di luar negeri.
Kenapa? Karena jawabannya akan bias. Nggak ada satu pun mahasiswa Indonesia di luar negeri yang akan bilang kampusnya yang jelek. Gue jamin! Semuanya akan bilang kampusnya bagus.
Buat gue, program master atau universitas yang paling baik adalah yang cocok dengan diri kita sendiri.
Mulai dari biayanya, kotanya, cuacanya, programnya, hingga waktu masuknya (Januari atau September). Pick which program or university that suits you the most. Nggak usah peduli dengan kata-kata orang lain yang mempromosikan kampusnya, karena jawabannya nggak akan ada yang objektif.
So my advice is…do your homework. Do some research. Read the prospectus.
Cari tau program apa yang cocok untuk kalian. Apakah S2 di luar negeri lebih baik? Atau kuliah di dalam negeri lebih cocok dengan situasi kalian saat ini? Atau bahkan dengan tidak perlu S2?
Live your own life. Jangan terpengaruh dengan hidup yang sedang dijalani orang lain.
Dan jawaban dari “apakah harus kuliah S2 ke luar negeri?”
Lo mau jadi apa? Dan situasi lo saat ini gimana?