Dua Puluh Tujuh

Sepertinya ada dua tanggal dalam satu tahun yang selalu gue sempetin buat menulis postingan baru di blog ini. Tahun baru dan tanggal ulang tahun gue. Lima belas April.

Sudah jadi kebiasaan sejak bikin blog ini untuk menuliskan sesuatu di kedua tanggal itu. Tujuannya sih sederhana, buat jadi reminder pribadi gue untuk selalu tau apa yang gue mau dan apa yang gue harus lakukan.

Kali ini postingannya mungkin akan sedikit berbeda. Untuk pertama kalinya, gue merayakan ulang tahun di negara orang lain. Bukan Scotlandia tempat gue belajar saat ini, tapi Budapest, Hungary.

Oke, gue ceritain sedikit.

Kota ini menjadi serangkaian kota yang akan gue jalani dalam rangka eurotrip yang gue lakukan bersama teman-teman kampus. Mimpi untuk melihat dunia yang pernah gue tulis di sini pelan-pelan menjadi kenyataan.

Anak lelaki yang dulu cuma bisa bermimpi keliling dunia kini akan mulai menjejakkan kakinya di daratan Eropa.

Perjalanan ini sebenarnya sedikit dadakan. Untuk menekan biaya, gue memutuskan pergi dengan teman-teman dari business school untuk melakukan jalan-jalan keliling Eropa di liburan paskah. Rencana awalnya, gue akan memulai dari Amsterdam, Berlin, Budapest, Roma, France, Switzerland, Norway dan kembali ke Aberdeen.

Tapi karena visa gue yang telat keluar dari kedutaan Belanda, gue terpaksa harus melepas Amsterdam. Mudah-mudahan nanti gue punya rejeki dan umur yang cukup untuk melihat Belanda.

Dan semakin istimewa karena gue akan melewati pergantian umur di sebuah negara yang benar-benar baru. Budapest.

Who would have thought it, right?

Di postingan ulang tahun ke dua puluh lima, gue meminta untuk diberikan kekuatan untuk sembuh dari patah hati. Di dua puluh enam, gue meminta untuk diberikan kemampuan untuk terus bisa meraih mimpi.

Quarter life crisis berhasil gue lalui dengan kondisi hati yang compang-camping. Kejadian-kejadian yang mendistorsi pikiran gue sudah berhasil gue sisihkan.

Dan ternyata memang benar, semakin tua maka kita akan semakin mudah untuk bersikap ‘bodo amat’ ke hal-hal yang nggak kita suka. Gue sekarang benar-benar tau apa yang gue mau.

Di pergantian tahun menuju dua puluh tujuh, sepertinya gue sudah kehabisan bahan untuk diminta kepada Tuhan. Luka gue di hati mengering sudah. Mimpi untuk melanjutkan pendidikan sudah diberikan.

Tuhan terlalu baik buat gue selama ini. Alhamdulillah.

Di umur dua puluh tujuh, gue cuma meminta terus diberikan kesehatan untuk bisa terus belajar, bisa diberikan kedewasaan dalam berpikir, limpahan rejeki untuk dibagi, dan diberikan kreativitas untuk terus menginspirasi.

Yup, twenty seven. Gue sudah cukup tua untuk dipanggil oom oleh anak SMA, dan dipanggil sayang ama dedek-dedek kuliahan.

I am old. But I can assure you, that little kid inside of me would never die.

So, welcome twenty seven. Buckle up, and enjoy the ride!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top