Gue adalah anak broken home. Ayah dan Bunda memutuskan untuk bercerai waktu gue masih kecil sekali. Mungkin waktu itu umur gue dua tahun. Gue juga nggak pernah ingat dengan pasti.
Jadi, gue nggak pernah merasakan sebuah keluarga yang utuh.
Masing-masing dari mereka sudah menikah lagi. Dan masing-masing punya tiga anak. In total, gue punya 6 adik.
Gue nggak pernah tau pasti apa alasan mereka bercerai dulu.
Belakangan, karena penasaran, gue sering bertanya ke Ayah atau Bunda alasan masing-masing mereka untuk bercerai pada waktu itu.
Tapi masing-masing datang dengan jawabannya sendiri-sendiri. Nggak pernah ada satu jawaban yang bulat.
Selalu ada cerita yang berseberangan dari cerita-cerita mereka waktu itu. Belum lagi bumbu-bumbu cerita dari saudara-saudara yang dulu menjadi saksi berjalannya pernikahan mereka. Semua berdiri sendiri tanpa saling melengkapi.
Pada akhirnya gue menyerah.
Gue nggak pernah cukup ngotot untuk mencari tau versi cerita siapa yang benar. Toh, gue udah mendengar dari dua belah pihak. Mau gimana pun, gue tetap menjadi anak broken home. Fakta itu tidak akan pernah berubah.
Dan gue bisa berdamai dengan itu.
Jadi, jika ada pertanyaan ‘kenapa orangtua gue bercerai?” maka jawaban gue adalah:
“They were shitty as a couple, but they’re absolutely fantastic as my parents.”