Beberapa waktu yang lalu, terima kasih kepada MetroTV, gue mendadak menjadi selebritis kantor. Semua orang yang ketemu gue langsung bertanya :
“Lo kemaren nonton stand-up comedy Ta?”
‘Iya, kok tau?”
“Iya, make baju kuning kan? Nongol mulu di MetroTV”
“Oia?” gue pura-pura terkejut.
Sebenarnya masuk acara stand-up comedy bukanlah berita yang terlalu buruk untuk beredar di kantor. Hal ini akan menjadi jauh lebih buruk jika kabar yang beredar adalah berita gue muncul di acara Investigasi TRANSTV, duduk di kegelapan, dan ngomongin bakso tikus.
“Saya sudah membuat bakso dengan daging tikus selama 2 tahun” kata gue di kegelapan dengan suara chipmunk.
Tapi ya, gue memang menonton acara stand-up comedy #GKJ9Feb yang disiarkan MetroTV beberapa waktu yang lalu. Yang perform waktu itu adalah Ernest Prakasa dan the Oriental Bandits.
Tampaknya gue duduk di bagian yang paling sering kesorot kamera. Tau aja nih kameramen orang-orang yang memiliki wajah model.
Gue memang sedang sangat menikmati menonton stand-up comedy belakangan ini. Semuanya bermula ketika gue melihat Pandji melakukan stand-up comedy sebagai pembuka konser Glenn Fredly tahun lalu.
Gue, literally, ngakak dibombardir lelucon-lelucon Pandji malam itu. I said to myself, I want more!
Sejak saat itu, gue ketagihan menonton beberapa stand-up comedy show yang sering dilakukan beberapa comic lokal Indonesia. Mulai dari ‘We are not alright’, ‘Little Men Big Problems’, hingga #GKJ9Feb yang terakhir gue tonton.
Buat gue, menonton stand-up comedy menjadi alternatif hiburan akhir pekan yang sangat menyenangkan untuk dilakukan di Jakarta selain pergi ke mall, nonton bioskop dan nonton kebakaran.
Gue sudah lelah dengan komedi slapstick yang mencemooh kekurangan fisik atau memamerkan adegan pukulan dengan stereofoam. Buat gue, stand-up comedy datang menawarkan hal yang baru.
Stand-up comedy mentertawakan kecemasan, observasi, dan keresahan dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu dibawakan dalam nuansa humor. Karena ketika kita sudah tidak bisa melakukan apapun untuk mengubahnya, mungkin jalan terbaik adalah mentertawakannya.
Liat saja gimana Ernest mentertawakan mahalnya pendidikan sekarang untuk anaknya dalam salah satu bit nya berikut ini :
“Tau gak playgroup itu dimulai dari usia berapa? 6 bulan! Dan di playgroup itu diajarin merangkak, ngapain coba? Emang belajar merangkak harus di playgroup? Gak bisa di rumah sendiri? Memangnya di rumah lo ada pasir hisapnya?!”
Contoh kegelisahan lain yang dibawakan @ponakannyaom :
Belakangan ini di Kemang gue sering liat ABG cewe pada nongkrong malem-malem, dengan dandanan yang ga pantes. Gue pengen bilang sama mereka: “Sabar dek, jadi jablay ada waktunya”.
Hal-hal seperti itu ditawarkan dalam stand-up comedy. Bit-bit tentang agama, sex, gaya hidup, hubungan asmara ditertawakan bersama.
“Gue pernah nonton tuh stand-up di MetroTV, gak ada lucu-lucunya Ta.”
Ya, gue setuju. Entah kenapa, acara yang disiarkan di tv jauh lebih ‘kalem’ dari aslinya. Gue bahkan cuma senyum-senyum sendiri kalo nonton yang di TV. Tapi ketika menonton secara live, gue bisa ngakak ampe sakit perut.
Stand-up comedy adalah suatu pertunjukan yang jauh lebih mengasyikkan jika ditonton secara langsung. Percaya deh!
Mungkin ada beberapa penyebab, satu diantaranya adalah sensor yang dilakukan stasiun televisi agar acara itu layak tayang. Karena jika menonton secara langsung, akan banyak sekali materi-materi yang cukup brutal yang menonjok urat tawa para penonton yang mungkin belum pantas disiarkan di tv nasional.
Hal-hal yang mungkin dianggap tabu oleh stasiun televisi.
Faktor penunjang lainnya adalah lokasi.
Pertunjukan stand-up comedy selalu dilangsungkan dalam ruangan, hal itu dilakukan untuk mengurung tawa yang keluar. Karena itulah stand-up comedy gak pernah dilakukan di pinggir jalan. Karena tawa yang keluar bisa terbang kemana-mana.
Faktor lainnya mungkin adalah comicnya.
Banyak comic-comic yang baru merintis karirnya disiarkan oleh Metro TV melalui acara open mic. Acara ini sebagai wadah bagi comic-comic pemula, untuk melatih bit bit dan materi mereka. Tapi kadang, materi yang disajikan masih mentah. Dan karena orang taunya stand-up comedy adalah yang di Metro TV, mereka langsung beranggapan kalau stand-up comedy itu garing.
Menurut gue ada beberapa comic Indonesia yang materinya dibuat secara menarik dan lucu. Tiga diantaranya adalah Ryan Andriandhy, Ernest Prakasa dan Ge Pamungkas.
Nama-nama tadi adalah jebolan Stand Up Comedy yang di Kompas TV. Gue pernah menonton ketiganya, dan mereka benar-benar lucu.
Tapi gue menyadari bahwa komedi, sama seperti musik, adalah masalah selera. Banyak comic-comic bagus lainnya tapi kurang menggigit buat gue. Tapi buat kalian yang ingin mencoba menonton stand-up comedy yang masih normal dan tidak terlalu tajam, gue menyarankan nama-nama diatas.
Jadi, dengan ini gue mengajak para pembaca untuk menonton stand-up comedy sebagai salah satu alternatif hiburan. Biarkan jenis hiburan ini tetap hidup sebagai salah satu bentuk hiburan bagi masyarakat Indonesia.
Ajak gebetan untuk menonton stand-up comedy, siapa tau bisa dijadiin modus nyari pacar seperti yang dilakukan teman saya, sebut saja namanya uhukk..Roy Saputra.
Karena tawa, adalah perekat hubungan yang baik.
Nonton stand-up comedy secara langsung yuk?