Marah

Hari ini adalah bulan ke sembilan sejak gue didiagnosa GBS.

Buat gue pribadi, ini adalah periode paling lama gue sakit. Biasanya gue hanya kena demam, flu atau nggak enak badan aja. Penyakit-penyakit yang akan hilang dengan istirahat dalam 2-3 hari.

Selama sembilan bulan ke belakang, hari-hari gue diisi oleh latihan berjalan, tidur yang tidak nyenyak, kesulitan untuk buang air kecil/besar, dan level stress yang sangat tinggi.

Nggak banyak yang tau, penyakit ini jauh lebih menyerang sisi emosional daripada fisik penderitanya.

Semua kesakitan fisik mungkin akan lewat setelah 1-2 bulan pertama, dimana sesi-sesi MRI, puluhan jarum suntik menusuk kulit dan tulang belakang, setruman-setruman listrik untuk mencari impuls saraf, telah selesai.

Selanjutnya adalah penyakit emosionalnya.

Anger, frustration, sadness, hopeless, combined into one.

Bulan ke sembilan dan gue masih merasa tidak ikhlas dengan apa yang menimpa gue.

Gue bukanlah orang yang tidak peduli dengan kesehatan.

I don’t smoke, rarely drink any alcohols, I care about my sugar intake (since my mother is struggling with her diabetes till this date), and work out regularly (muaythai dan football, mind you).

And yet, here I am. Crippling waist down.

Kenyataan-kenyataan ini membuat gue mengutuki keadaan. Merasa kalau dunia ini sangat tidak adil.

Ketika semua cobaan hidup, kesulitan finansial masa kecil, perjuangan mendapat beasiswa, tinggal di negeri orang dengan biaya seadanya, sudah berhasil gue lewati, God is playing a trick on me.

GBS happened.

It sucks.

Jadi buat kalian yang bertanya gimana kondisi gue setelah sembilan bulan?

I am getting better physically. But mentally, I am still struggling.

There are a lot of anger and frustration inside my head.

But I promise you one thing.

I won’t quit.

Because I am not a quitter. Not now.

Because I still have dreams to lived on. 

Dan hingga saat itu tiba, gue akan kembali menyeret kaki-kaki lumpuh gue untuk belajar berjalan lagi. Belajar berlari lagi. Nggak peduli sudah berapa kali gue jatuh membentur lantai.

Karena gue selalu percaya, kerja keras tidak akan mengkhianati hasil.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top