Ketika tahi kucing terasa coklat..

Beberapa hari yang lalu, gue makan siang di warteg langganan gue di deket kosan. Warteg ini adalah salah satu tempat makan paporit gue di jakarta.

Makanannya enak dan pas di lidah sumatera gue. Pokoknya berbeda dari warteg-warteg lain.

Ditengah kenikmatan gue menikmati makan siang. Seorang mas-mas masuk ke dalam warung yang sama, dia langsung duduk disebelah gue. Tampangnya kusut, bajunya kucel, dan keringetan. Gue menduga dia adalah seorang tukang ojek atau supir metromini.

Ngga ada yang spesial dari abang-abang yang satu ini, Sampai gue melihat tangannya..

Dipunggung telapak tangannya, ada tato permanen disana. Tato berbentuk tulisan. Ga panjang, cuma beberapa huruf.

Nasi yang gue kunyah hampir muncrat keluar dari mulut karena nahan ketawa pas gue baca apa tulisannya…

LOVE EEN

Tinggal diganti satu huruf maka tulisan itu akan berubah menjadi…

LOVE EEK”. hahahaha. Apakah abang satu ini sangat mencintai prosesi boker? Gue juga kurang tau.

Gue sendiri berasumsi EEN adalah nama seorang wanita.

Tulisan itu agak kusam, pertanda bahwa tato itu sudah lama disana. Tato itu juga dibuat seadanya, sepertinya bukan dibuat di tempat pembuatan tato yang profesional. Apalagi steril.

Yang membuat gue berpikir adalah, Siapakah itu EEN? Pacar nya atau istrinya?

Atau yang lebih penting, kenapa dia mau mentato tangannya?

Kejadian ini membuat gue flashback ke lebih dari setahun yang lalu. Waktu itu menjelang ulang tahun pacar gue yang ke dua puluh. Gue berpikir buat ngasih sesuatu yang spesial di hari itu.

Gue akan bikin candle light dinner buat dia!

Berbekal dengan uang bulanan gue yang pas-pasan, gue booking sebuah restoran mewah di Bandung atas. Ngga peduli kalau untuk setengah bulan ke depan gue cuma bakal makan mie instan gara-gara niat ini.

Seumur hidup baru kali ini gue makan di restoran semacam ini, you know, restoran dimana ada table manner untuk proses makannya.

Sendok dan garpu diberjejer rapi di atas meja. Ada sendok sup, sendok ini, sendok itu, garpu ini, pisau itu. Dan ketika kita duduk, serbet makan diletakkan di pangkuan kita oleh pelayan berseragam.

Gue yang biasa makan di warteg atau rumah makan padang, merasa jadi seorang jutawan malam itu. Jutawan ganteng tentu saja.

Meja yang gue booking terletak terpisah dari ruangan utama restoran itu sendiri. Sengaja gue minta seperti itu. Meja gue diatur di belakang, dekat taman. Tepat di pinggir kolam renang. Terpisah dari keramaian restoran itu.

Di pinggir kolam renang yang disinari oleh lampu-lampu dari dalam air, dan dengan background pohon-pohon cemara yang diterangi cahaya temaram. Kami makan malam berdua.

Beda tipis lah ama Ben Joshua dalam film Dealova. Yang satu ganteng, yang satu lagi nyaris tampan.

A fancy candle light dinner.

Sayang waktu itu gue belum sanggup untuk nyewa seorang pemain violin untuk memainkan lagu Canonin D mayor Karya Pachelbels sebagai lagu pengiring makan malam.  😉

Ditengah prosesi makan malam itu, kehadiran seorang pelayan yang membawa kue ulang tahun bertuliskan angka 20.

Si pacar cuma senyum-senyum sendiri dengan kejutan itu, sambil nyubitin gue tentunya. Mukanya berbinar ketika meniup lilin sambil  memejamkan mata dan menggumamkan permohonan dan doa-doanya.

Gue pinjem mobil temen gue buat modal ngejemput dan nganterin dia malam itu.  Gue berdandan rapi dengan make jas semi formal.

Derajat kegantengan gue melesat tinggi!

Ketika dia masuk mobil, gue kasi dia setangkai mawar,  ditempat duduknya di restoran gue letakkan 2 tangkai lagi, dan ketika pulang di mobil, gue kasi dia sebucket mawar lagi berjumlah 10 tangkai.

Total 13 tangkai, sesuai tanggal ulang tahunnya.

Semua waktu, biaya, dan tenaga yang gue keluarkan untuk candle light dinner malam itu, semuanya terbayar lunas ketika gue ngeliat dia senyum dan bilang..

“Terima kasih ya buat malam ini. Aku seneng banget!’

Sepulangnya dari situ, dia sms gue..

“Terima kasih buat semuanya”

Sambil tiduran, gue senyum-senyum sendiri baca sms itu , lalu bangun dan beranjak ke dapur untuk merebus mie instan.

………………………………………………………………………….

Dan kini, lamunan gue kembali kedalam warung tempat gue makan.

Melihat mas-mas yang di sebelah gue tadi. Memikirkan kembali semuanya.

And yes, everyone has their own ways to show their love..

Some with candle light dinner and flowers,

And others, with a stupid tatoo.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top