Perasaan itu adalah hal yang abstrak. Ngga bisa dilihat, ngga bisa diraba tapi bisa dirasa. Perasaan yang kadang bisa mengontrol tingkah laku manusia.
Disisi lain, manusia itu makhluk sosial. Dan perasaanlah yang membuatnya menjadi seperti itu. Keinginan untuk saling menghormati, saling menyayangi dan saling membutuhkan satu sama lain membuat manusia saling berinteraksi dengan manusia yang lain dan membuat suatu hubungan.
Keterikatan.
Keterikatan ini lah yang membuat rasa nyaman timbul. Dan ketika keterikatan ini diputus, rasa takut akan kehilangan ini akan membuat kita sedih. Dan kadang, obat dari semua perasaan adalah waktu.
Akhir-akhir ini, gue baru menyadari satu hal. Ngga seperti yang selama ini gue pahami. Perasaan yang abstrak itu, bisa diolah, bisa diganti, bisa terasah.
Perasaan itu bisa berubah bentuk. Seperti air yang mengikuti bentuk bejana penyimpannya. Dan buat perasaan, bejana itu bernama waktu.
Beberapa hari yang lalu, Arvin, teman kerja gue dikantor memutuskan untuk resign. Pindah mengejar cita-cita dan karir nya di tempat yang lain. Di kantor gue yang sekarang, resign adalah hal yang jarang dilakukan. Ngga seperti kantor gue yang sebelumnya dimana resign udah kayak shalat wajib. Sehari bisa 5 kali.
Di farewell party yang dibikin untuk Arvin, supervisor gue, Mas Romi, diminta untuk memberikan kata sambutan. Semacam kata perpisahan dan kenangan selama ini. Dengan raut muka sendu dia mulai berbicara.
Ngga banyak yang bisa gue ingat dari kata-kata Mas Romi malam itu. Hanya sedikit saja yang menempel di kepala gue. Dan ini kalimat yang gue ingat dari ucapan Mas Romi ke Arvin malam itu.
“Ini adalah ketiga kalinya gue merasa kehilangan ketika melepas staf. Setelah dua yang sebelumnya, kini elo vin.”
“Selalu ada rasa kehilangan, ketika lo memutuskan untuk membiarkan staf lo resign dan pergi. Tapi disisi lain, ada rasa bangga dan bahagia ketika melihat seseorang yang selama ini lo bimbing, memutuskan untuk pindah dan mencoba untuk berdiri diatas kakinya sendiri”
Lalu gue berpikir, sejauh mana rasa kehilangan itu bakal tetap ada? Mungkin dugaan gue, mas Romi ‘baru’ beberapa kali kehilangan stafnya. Senior manager gue dulu di EY pasti telah mengalami hal yang sama puluhan kali.
Berpisah dengan staf yang dibimbingnya, mulai dari yang baru masuk 2 minggu, hingga yang sudah bertahun-tahun. Hal ini menyebabkan suatu perpisahan dengan stafnya telah menjadi hal yang biasa. Rasa sedih dan kehilangan itu mungkin tetap ada, tapi porsinya tidak sebesar waktu kehilangan pertama kalinya.
Gue juga pernah membaca pengalaman dokter muda yang waktu pertama kali melihat pasien yang ditanganinya meninggal dunia. Dokter itu kembali ke ruangannya dan menangis tersedu-sedu. Kini, setelah melewati beberapa tahun pengalaman, ratusan pengobatan, kematian pasien sudah menjadi hal yang ‘normal’.
Suatu kondisi yang sering kita sebut, mati rasa. Don’t get me wrong, ini bukan hanya masalah cinta-cintaan pria dan wanita. Tapi bisa juga berlaku bagi siapapun yang memiliki keterikatan dengan sesama. Dan ya, seiring berubahnya ‘bejana’ tadi, perasaan pun bisa ikut berubah.
Masih ingatkah kita dengan beberapa orang yang kita sempat sebut sebagai ‘sahabat’?.
BFF. Best Friends Forever. Yang betapa anehnya, kita bahkan ngga pernah lagi terdengar kabarnya.
Coba ambil handphone itu dan liat phone book kita masing-masing. Cek nama-nama yang dulu sempat kita sebut sebagai sahabat sejati.
Masihkah kita saling bercerita seperti dulu?
Masihkah kita tertawa dengan cara yang sama?
Masihkah kita menangis bersama?
Kini gue sepenuhnya menyadari, bahwa perasaan itu hidup. Dia bisa tumbuh, berkembang atau bahkan mati.
Yang dulu sayang banget, sekarang jadi tak bertegur sapa.
Yang dulu sempat menjadi pusat dunia, sekarang menjadi orang asing sepenuhnya.
Yang dulu saling membenci, kini jadi suami istri.
Dan seketika, gue mendadak takut menghadapi fakta ini.
Apa yang menjamin bahwa nanti, perasaan-perasaan yang sekarang gue alami, tidak akan berubah bentuk atau bahkan mati?
Apakah kita juga akan berubah mengikuti bejana kita masing-masing?
“the scariest part about relationship is the possibility of someone who loves you will stop loving you”
kurang lebih kayagitu redaksi kalimatnya.
and indeed, very fearsome.
kayak kata lagunya Lady Antebellum
“cause I’d rather hurt than feel nothing at all”
good posting, as always :)
I love the part of BFF. It’s a phase of life. At the end, you will get the best-est friend. :) Keep communicate & meet with them, even once a year.
One thing I hate in this world is Good bye, because I’ve been living like a hippie since I was a child … It aint the same at all when you comunicate via cell or internet. they got new life, mine as well … life continue …
either way, if you really care or love, I think the best way to show it is to meet’em face to face … *God I miss my old friend …
ah dimention juga di blog romeogadungan ini :))
hal yang gw rasain ketika mas romi ngomong kata-kata itu adalah terharu dan speechless. yang namanya perpisahan itu memang sedih, tapi di satu sisi gw merasa senang melihat orang-orang yang ternyata kehilangan gw sampe segitunya.
sedih tapi seneng, mixed feeling!
anyway, I’ll try to keep in touch, but as tirta say, only time will tell.
*seechless bang tirta *
sumpah sedih bacanya bang. keinget temen2 lama yg dulu dekeet banget skrg udah kaya temen biasa yg cuma bilang hai kalo ketemu
Kehidupan itu tak pernah kita ketahui arahnya kemana. Biarkan semuanya berjalan, pertemuan dan perpisahan hanyalah salah satu bumbu kehidupan. Perubahan tak bisa dihindarkan. Nikmatilah waktu yang ada saat ini, karena kita tak pernah tau kapan akan berakhir.
:)
downright bg, hati saya tersentuh.
selama ini jadi silent reader, skrg coba ninggalin jejak ah ;)
i always adore your post, smooth tapi selalu tepat sasaran.
and yaa, mati rasa. sounds scary, eh? tapi kayaknya saya lagi di titik itu deh ._.
@kania : Gitu dooong, blogger suka lho kalo ada yang ngasih komen. hehehe. Thanks for the compliment :)
hahaa, selama ini selalu terdiam tertohok abis baca postingannya mas tirta. jadi ga bisa berkata kata lagi :D
Hallo bg :) beberapa hari ini gua ngestalk blog abang dan gue merasa amazed sama blog abang, secara gitu gua abg labil yg mencoba menjalani hidup baru setelah my comfort zone ended beberapa waktu lalu. Berasa kek dapat inspirasi aja gitu kek ‘gimana kalo gua bagi pengalaman kek gini juga di blog gua yang udah lama gak gua urus, setidaknya bawa manfaatkan buat orang’. siip bang! lanjutkan! gua belajar banyak dari lu :D semoga selalu dalam lindungan-Nya ya bang!!! :D
So deep (for me) hehe