Sejak tulisan gue yang ini, banyak yang menduga dan mencap gue sebagai Jokowers, Pasukan Nasi Bungkus atau apapun gelar yang diberikan kepada para pemilih Jokowi oleh (biasanya) para pendukung Prabowo.
Nggak masalah buat gue, karena di pilpres yang lalu, gue memang mendukung Jokowi-JK di antara pilihan yang ada. Semua alasannya sudah gue jabarkan di tulisan tadi di atas. Gue rasa alasan-alasan gue cukup logis kok (Kalau belum baca, coba baca dulu gih!)
Tapi makin ke sini, gue makin ngerasain susahnya jadi pendukung Jokowi-JK pada pilpres yang lalu (gue sengaja meletakkan keterangan waktu di kalimat itu).
Gue capek jadi pendukung Jokowi.
Bukan karena menyesal udah mendukung dan memilih mereka, tapi karena lelahnya melihat kebencian yang disebarkan orang-orang yang tidak memilih Jokowi kemarin.
Iya, kebencian. Let me explain.
Gue bukannya memuja pemerintahan Jokowi-JK, tapi gue cuma berusaha objektif. Gue gak suka ketika Jokowi menunjuk BG jadi Calon Kapolri yang ujung-ujungnya bikin kisruh dengan KPK. Gue juga gak suka ketika Jokowi membuat mobil nasional dengan Proton yang ternyata bekerja sama dengan perusahaan Hendropriyono. Gue gak suka ketika Jokowi memilih Watimpres yang ternyata orang-orang dekat Megawati.
Gue gak suka. Sama kadarnya dengan ketidaksukaan kalian terhadap isu itu.
Jokowi belum bisa lepas dari partai pendukungnya pada pilpres kemarin. Gue gak heran dan gue setuju dengan apa yang dibilang Pandji di tulisan ini mengenai alasannya.
Tapi gue lebih gak suka lagi dengan kelakuan orang-orang yang tidak memilih Jokowi. Yang kemungkinan besar memilih Prabowo pada pilpres yang lalu (atau mungkin bahkan golput?)
Setiap kali ada kesalahan dari pemerintahan, serbuan kebencian langsung menyerbu. Status-status Facebook dan cuitan-cuitan nyinyir terhadap pemerintahan langsung membanjiri timeline Twitter.
Beberapa malah menyebut : “Mana nih para pendukung Jokowi? Kok pada diem? Malu udah memilih Jokowi?!”
Gue jadi serba salah. Kalau gue ngasi pendapat yang objektif, pasti gue nanti dibilang mendewakan Jokowi. Kalau gue diem aja, dibilangnya malu udah salah pilih.
Terus apakah gue menyesal dengan pilihan gue? Tidak.
Kalau pun pilpres bisa diulang, dan gue sudah mengetahui kebijakan-kebijakan Jokowi sekarang gak gue setujui, gue gak akan mengubah pilihan gue. Karena dengan kandidat yang tersedia pada pilpres kemarin, memilih Jokowi adalah tetap pilihan yang paling logis.
Terus gimana Ta?
Sebenarnya ada satu perbedaan antara para pendukung Jokowi dan yang bukan pendukung Jokowi.
Gue melihat para pendukung Jokowi itu lebih logis. Kenapa?
Karena coba lo liat aja, setiap ada kesalahan atau kebijakan yang salah dari pemerintahan sekarang, gelombang nyinyir terhadap pemerintahan dan para pendukungnya langsung bermunculan.
Kayak ada teman yang tau lo bikin salah, trus bilang “Toh, gue bilang juga apa.”
Itu gak membantu sama sekali, itu menyebalkan. Kebijakan pemerintahan yang benar atau salah nggak cuma berdampak kepada para pendukung Jokowi kok, tetapi pada kita semua.
Dan nyinyiran ini bukan hanya pada hal-hal atau kebijakan yang substantif, serangan juga berlaku pada hal-hal konyol. Bahkan cara presiden Jokowi pake jas aja dicela.
Tapi ketika situasinya dibalik, apakah ada pendukung Jokowi-JK yang bikin status pamer kebenaran dan menyerang pendukung Prabowo ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tepat?
Ketika subsidi bbm dihapuskan, dan berencana dialihkan ke sektor yang lebih produktif seperti penyertaan modal ke BUMN?
Atau ketika UN, yang bikin banyak remaja bunuh diri itu, benar-benar dihentikan?
Atau ketika pemerintahan yang sekarang akhirnya berani bertindak tegas dengan meledakkan kapal-kapal maling yang selama ini mencuri ikan di perairan kita?
Atau ketika pemerintah tetap tegas dan menunjukkan kedaulatannnya dengan tetap menghukum mati para pengedar narkoba meskipun dikecam negara asalnya?
Tidak ada satu pun para pemilih Jokowi JK yang memasang status facebook yang bersikap provokatif dan seolah bilang “Lo liat tuh presiden pilihan gua!”
We do not rub it into your face.
Karena kita tau, hal itu gak ada gunanya selain cuma memecah belah rakyat Indonesia. Itu cuma bikin kita benci ama orang lain karena dia menggunakan haknya memilih dan mengeluarkan pendapat.
Sudah ada orang yang duel pukul-pukulan karena masalah pilpres ini. Itu yang lo mau? Berantem dengan sesama kita sendiri?
Keberhasilan pemerintahan sekarang, adalah keberhasilan semua rakyatnya. Bukan cuma pendukung Jokowi, tetapi juga para pendukung Prabowo. Kegagalan pemerintahan, juga merupakan kegagalan semua rakyatnya. Tanpa kecuali.
There’s no leaders without followers.
Kecuali lo pengen makar dan menurunkan Jokowi secara paksa, atau melakukan kudeta yang bertentangan ama konstitusi, lo seolah lupa akan satu fakta.
Jokowi sekarang presiden Indonesia. Presiden gue, elo, dia, mereka. Apa yang dia lakukan di mata internasional adalah cerminan kelakuaan kita, rakyat Indonesia.
Jadi gue cuma bisa tersenyum miris ketika bahasa Inggris Jokowi diolok-olok, jasnya dicela oleh orang Indonesia sendiri. Itu kayak mencela orang tua sendiri di depan orang lain.
Di Amerika Serikat, perpecahan antara partai Republik dan partai Demokrat sudah berlangsung puluhan tahun. Mereka sangat loyal ama partainya. Tapi ketika salah satu kandidat sudah menang, mereka tetap menghormati hasilnya.
Pendukung partai Republik manapun, akan tetap menghormati dan memanggil Obama dengan sebutan “President Obama”
Karena dia tau, Obama akan tetap jadi presidennya. Apa yang dilakukan Obama, adalah cerminan dari rakyat Amerika Serikat.
Begitu juga dengan Jokowi.
Tuh kan Ta, lo jadi Jokowers dan mendewakan Jokowi lagi.
Nggak, gue tetap gak suka dengan beberapa kebijakan pemerintahan sekarang. Karena itu gue kritik. Gue tetap bersuara keras di twitter dan di blog. Karena ini bentuk tanggung jawab moral gue terhadap pilihan gue kemarin.
Gue menulis ini karena gue capek jadi pendukung Jokowi.
Gue capek ngeliat lo jadi pendukung Prabowo. Gue capek ngeliat status-status facebook yang provokatif dan mengajarkan perpecahan di antara kita.
Udahlah, pilpresnya udah lewat.
Pendukung Jokowi atau Prabowo, mari kita kritik dengan bijaksana. Kebijakan pemerintahan Jokowi-JK, baik buruk atau jelek, kita yang sama-sama rasakan.
Ngga ada bedanya.
Sekarang gue mau nanya satu hal. Udah berapa orang yang gak ngomong gara-gara pilpres? Udah berapa orang yang lo unfriend di Facebook? Udah berapa orang yang lo unfollow di Twitter?
Terus, masih mau berantem gara-gara pilpres?
gw golput. gw gak suka jokowi. gw gak suka prabowo.
introduce a little anarchy. :)
izin share kaaaa ;)
Jangan capek ta, karna yang elo dukung itu bukan si Jokowi-nya, tapi presiden RI-nya. Don’t give a sh*t to what people will say or condemn you. Anggap aja ini memang proses cek-mericek.
Buat gue semua ini terjadi karna dulu media terlalu “selling at premium” Jokowi. Tapi ternyata jurangnya terlalu jauh antara ekspektasi dan fakta. Anggap aja sebagai proses cek-mericek (again).
Elo masih mending ta, jaman dulu gue post tentang SBY, ga ada yang cap gue “SBY-hater”, sekarang post dikit tentang Jokowi dibilang “Prabowo lover”, “belum move-on”, and so on. Padahal keluarga gue, keluarga GMNI. nyokap gue kan dari si moncong putih. tapi mau ricek-mericek aja trus distempel. haha..
But frankly speaking, gue belum feel kecanggihan Jokowi seperti yang gue rasa masa SBY, terutama kebijakan ekonomi. and please don’t boasting about penyertaan modal di BUMN that expected will enhance their perfomance. Itu riset gue, dan percaya lah, ga akan kemana tu BUMN.
@Raye : To be honest, selain masalah harapan. Gue belum melihat kinerja yang luar biasa dari pemerintahan Jokowi. Kebijakan dia yang paling gue suka adalah pencabutan subsidi bbm, meskipun gue belum ngeliat kemana larinya uang itu. Nanti mungkin bisa kita liat beberapa tahun lagi. Oia? Lo udah riset? Mau liat dong!
Hi Tirta, komen dikit yah soal pernyataan lo tentang presiden Amerika. Gw studi di California sejak 2010, jadi pendapat gue ini berdasarkan pengamatan gue di negara bagian pendukung partai Democrat (vs Republican) paling liberal di Amerika. Menurut gue, Amerika itu malah lebih parah dari Indonesia soal saling cela-mencela pilihan presiden. Jaman dulu Bush dari partai Republican jadi presiden, banyak banget pendukung Democrat yang ngeledek2 dia. Dari soal dia sok-sokan mau jadi pahlawan di Afghanistan sampai cara dia ngomong yang katanya kayak orang bloon karena aksen Selatannya yang kental. Bahkan masalah kecil kayak cara dia nyebut “nuclear” (kebanyakan orang nyebutnya “nu-klir” tapi dia bilangnya “nu-kyu-ler”) pun dijadiin bahan ledekan. Penting ga sih?
Pas Obama dari partai Democrat terpilih jadi presiden pun dia tetap ga luput dari cercaan, dari website Obamacare yang crash pas hari pertama dilaunching sehingga pemerintah harus manggil pihak swasta buat ngebenerin tu website (yang katanya lambat banget dan kalo balap sama keongpun kalah) sampai masalah dia ga bisa joget pun jadi bulan-bulanan masyarakat sini, dan tentunya cercaan itu datang dari kebanyakan pendukung partai Republican.
Apa yang bisa ditangkap dari cerita di atas? Menurut gue ada dua. Satu, mau sebagus apa pun seorang pemimpin, pasti ada yang pro dan ada yang kontra. Kalopun Prabowo dulu terpilih jadi presiden, apakah pendukung Jokowi akan tutup mulut setelah itu? Pastilah ada efek “Huuu…bener kan pilihan lo tuh salah? Liat aja presiden pilihan lo tuh banyak bikin kesalahan A,B,C,d,e,f, dll!!” Dua, kebebasan berpendapat menyebabkan orang berpikir mereka bisa ngomong apa aja tanpa konsekuensi. Masalahnya, itu belum tentu benar. Segala sesuatu yang keluar dari mulut lo (atau mungkin jempol yah kalo pake smartphone?) pasti menimbulkan reaksi, baik yang lo suka maupun nggak.
Ah ini kok komennya jadi ga dikit -_-” Anyway, sukses ya studi lo, mudah2an ga beku, hihihi ^^
Bro Tirta, pandangan saya rakyat membenci jkw karena ketidak tegasan beliau dalam memilih kapolri sehingga terjadi duel antara kpk vs polri dan masih menjadi bayang2 partainya. 2 contoh itu hanya sebagian cerita saja. “sangat aneh kalau misal kamu nikah masih secara dominan diatur sama keluarga km”.
kebijakan dia banyak yang bagus tapi bisa hancur kalau banyak kepentingan dari wayang wayang dibelakangnya.
[…] saya ini, terinspirasi oleh tulisan Tirta. Dimana dia adalah blogger favorit saya, dan banyak hal yang saya kira pemikiran saya dan dia […]
setuju banget sama Tirta, aku aja sekarang jadi males buka fb gara2 “mereka” blum pada move on. Kebijakan kabinet Jokowi emang masih dibawah ekspektasi, tp klo pilpres diulang pilihanku juga tetep sama heheheee….
@Mesa : Waah, thanks sudah dikoreksi. Baru tau gue. Terima kasih, belum beku kok ini :D
gue milih prabowo pas pilpres dulu, senada dengan kang mesa diatas. mnurut gue masih sah2 aj kita mengkritik atau mungkin kasarnya “membully” presiden kita. bahkan mnurut gue gada presiden kita yg tidak kita bully. tapi gue tetep berharap kita membully dengan cara yg cerdas. he3. tapi gue ga terima jika yg membully orang di negara tetangga atau siapapun di luar WNI…mereka gada hak. dan kita tidak boleh senang dengan hal itu karena itu sama artinya dengan menghina diri kita.
siapa pun presidennya kita tetep harus kasih saran dan masukan klo apa yang dilakukan tidak sesuai atau terlalu memihak, beri kepercayaan kepada presiden terpilih, jangan karena bukan pilihannya trus maen salah2in aja, ayo sama2 bangun negeri tercinta ini agar jadi lebih baik :D
jokower jokower pleketek
Iya gue juga capek ngeliat lho jadi pendukung jokowi
Terlepas dari siapa yang dulu kita pilih, kita semua mempunyai tanggungjawab yang sama: untuk mengapresiasi prestasi yang dihasilkan dan untuk mengkoreksi kesalahan yang dikerjakan oleh pemerintah saat ini. Tentunya dalam batas dan kadar pengetahuan yang kita punya, bukan lagi sekedar mengikuti nafsu atau ‘dendam pilpres yang tidak berkesudahan’.
Fyi, pada waktu pilpres saya memilih pasangan Prabowo-Hatta, dengan pertimbangan sendiri dan bukan seperti alasan yang banyak dipakai oleh pendukung lainnya. Tapiiii, ketika Jokowi-JK menjalankan pemerintahannya, saya sangat menyetujui program pencabutan subsidi BBM nya, bahkan mengapresiasinya, karena memang itu yang diperlukan.
Yang saya tahu, gak semua pemilih Prabowo-Hatta menjadi pembenci Jokowi-JK sih. Kebanyakan dari mereka cuma gak tertarik aja untuk berlarut-larut dalam perpecahan, dan merasa masih banyak hal yang lebih penting untuk dikerjakan :-)