Baca bagian pertama di sini.
“Hey, you know what. I really want to ask you out. Gimana?”
Lima belas menit sudah pesan itu terkirim. Belum ada tulisan kecil yang muncul di bawahnya pertanda pesan itu belum dibaca.
Dan di sinilah gue, sedang menulis ulang draft novel sambil sesekali melirik ke arah handphone yang masih diam tanpa jawaban.
Gue berusaha keras untuk mengumpulkan konsentrasi demi melanjutkan draft yang sudah selesai setengah jalan. Tapi sepertinya, hal itu susah sekali untuk dilakukan. Kursor di layar hanya berkedip tidak bergerak.
Pikiran gue masih saja tertuju kepada sebuah pesan yang tadi gue kirimkan.
Dengan perlahan, gue meraih handphone yang tergeletak di atas meja. Layar hitamnya masih kosong tanpa ada pesan yang baru.
Saat-saat seperti ini mungkin adalah saat-saat paling menyebalkan bagi seorang pria. Rasa penasaran, cemas dan gugup bercampur jadi satu.
Tanpa disadari, otak mulai menyusun skenario-skenarionya sendiri.
Jika, jawabannya ‘iya’. Maka apa yang harus gue lakukan? Ke mana gue akan mengajaknya? Apa yang gue lakukan agar terasa berbeda?
Tapi di sisi lain, bagaimana jika jawabannya ‘tidak’? Apakah gue akan bersikeras untuk mengajaknya lagi? Atau gue harusnya sadar diri sambil menikmati patah hati sendirian?
Entahlah. Dan dalam beberapa menit ke depan, gue akan tau jawabannya.
Sebuah notifikasi muncul tiba-tiba menyadarkan gue. Layar handphone yang tadinya hitam, kini dihiasi sebuah notifikasi sederhana. Tidak ingin membuang waktu, gue langsung membaca pesan yang masuk.
“What do you have in mind?”
“I want to take you to my favorite spot in Jakarta.” jari-jari gue mengetik cepat.
Tidak lama, sebuah pesan kembali masuk.
“Oia, di mana?”
“Rahasia dong. I’ll show you later.” balas gue
“Menarik sih. Tapi aku nggak bisa.”
Perut gue sekarang serasa ditonjok. Jari-jari gue kembali mengetik sebuah kalimat tanpa diperintah…
“Aku bahkan belum bilang kapan..”
“Hehehe..”
Kalimat itu lalu ditutup dengan sebuah sticker sederhana.
Dan di situ, gue tau di mana posisi gue. This is not going anywhere.
Pertanyaan-pertanyaan yang tadi berkeliaran di kepala, kini sudah menemukan jawabannya.
No answer is also an answer.
Pesan itu tidak gue balas lagi. Sambil merebahkan badan, gue melemparkan handphone itu ke pojok tempat tidur.
“Attraction is a simple thing. Whether it’s there, or not”
It seems, it’s not there (yet?).
Tapi bagaimana pun, sekarang gue tau di mana posisi gue. Perlahan, ada sebuah perasaan tidak nyaman yang menyulusup masuk.
Pikiran gue kembali melayang ke beberapa waktu lalu, di mana percakapan yang terasa nyaman mengalir tanpa paksaan. Pesan yang bertukar tanpa jeda.
Situasi yang sempat meyakinkan gue kalau “attraction” itu ada di sana.
Namun entahlah.
Gue meraih handphone yang gue tanpa sengaja terlempar masuk ke bawah bantal. Setelah selesai membaca ulang semua pesannya, gue menekan namanya di layar sedikit agak lama.
REMOVE?
CONFIRM TO CLEAR?
YES | NO
Jari gue bergerak ke kiri.
Cleared.
I guess, attraction does fade.
Sambil bangkit berdiri, gue menarik napas panjang. Berusaha mengusir rasa tidak nyaman yang mulai gue rasakan.
Sepertinya otak gue sudah mengirimkan impuls ke hati, untuk mulai meremukkan dirinya sendiri.
Gue ikut desperate bacanya. Ga lo tanya kenapa ke dia pun, di balesan dia yg “tapi aku ngga bisa” udah ada jawabannya tersirat disitu.
Kalopun dia ga bisa dalam waktu dekat, pasti dia yg akan langsung nanya “kapan?”
Sebagai cewe, karena gue pernah ngerasa jadi dia, jawaban dia yg “what do you have in mind?” sama “oia? Dimana?” terkesan bertele-tele karena mungkin
1. Dia masih mikir keras “should I do it or not?” krn ada hal lain yg lagi dia pertimbangin
2. Kemungkinan terparahnya, dia ga mau langsung nyakitin elo bang. Jd dia ngulur waktu
Tapi itu pendapat pribadi gue, lo yg udah kenal dia scr pribadi :))
But hey, you’ve made up your mind
Seperti yg pernah lo upload di askfm “be brave to break your own heart or somebody else will”
Yang baca ikutan remuk gini..
at least si cewek bener bener jujur dari awal, bang…
Sepengalaman gini.. hahaha gue juga akhirnya clear chat history line dia, galaunya satu mingguan :’)
Diawali dengan lagu ini https://t.co/SifS0WK1P4
Dan berakhir dgn lagu ini https://t.co/OzKjjKqiOn
Rasanya kegampar sama tulisan ini. “Attraction is a simple thing. Whether it’s there, or not”, setuju banget. Kalau dia ga mau, yaudah ya.
Aku salut sama ceweknya deh. Jaman sekarang, susah bgt menemukan cewek yang bisa nyaman jujur bahkan untuk hal menyakitkan sekalipun. Maunya kan mereka dianggap malaikat trus yang gak enakan nolak, bahkan kalo jelas2 gak ada attraction. Eh, maaf ya kalo terlalu komentar, secara ini bukan fiksi tp cerita manusia beneran. Just having this thought after reading your story :)
Semoga cepat menemukan atraksi yang baru Kak :)
Sama halnya yg pernah gue alamin, cuman bedanya gue diposisi cewe. Emang awalnya komunikasi sama doi bikin nyaman bikin penasaran sama apa yg dibahas besok besoknya lagi. Tapi setelah dijalanin lama2 ada yg beda, mungkin doi lagi cari “tempat singgah” tempat utamanya mungkin saat ini bukan sama kita heuheu
keren kak ceritanya . mammpir juga kak ke ->ericotheonaldo.blogspot.com
Kalo belum jg dpt pasangan baru, seenggaknya bisa jadi calon naskah novel baru.
Tetep berjuang, Ta!
I know how that “remuk” feel kak :D
diam merenung 5 menit setelah baca ini, padahal gue mestinya kerja.. kerjaa, tapi malah bengong dan nulis comment ginian.
berasa tertampar banget bacanya karena pernah di posisi perempuan itu. alasan dia bukan ngga bisa, tapi ngga mau.
bisa jadi 1) belum yakin sama lo 2) saat ini cuma butuh teman, ngga lebih dari itu
*puk puk tirta*
cewenya keren yaa hahaha bagus nih ceritanya . mampir juga ke ericotheonaldo.blogspot.com yak
Puk puk tirta…. toer toer… jitak…
Kak Tirta, baru selesai baca semua post dari awal sampai akhir dan salut banget atas progress gaya penulisannya. Aku mau nangis liat post yang ini dan jadi ikutan sedih! ?? semangat kak!!!
@Lisa: Semua? Wah, terima kasih. Dulu masih cupu banget ya nulisnya? Hehehe
Sedih bang bacanya.. tapi knapa rasanya susah bayangin cogan macam kak Tirta ditolak begini..
(Cogaaaaann~cowo ganteng… tertanda ibu beranak dua yg masih demen baca romeogadungan.com ?????)
nikmati saja kepatahhatianmu, bang. kelak ia akan sirna pula.
Sometimes it’s more than attraction. Reading your story, seems you put quite efforts to impress her. You know, smtimes that takes away the feeling of comfort instead. Just be cool, be you. Happy belated birthday.
Dari postingan ini, kak tirta bener2 nunjukin klu apa yg udah dia katakan itu akan dia lakukan. Salut sm si cewe dan kak tirta juga. Sama2 bisa jujur dari awal tnpa menyakiti belakangan.
Btw semangat buat next novelnya kak tir!
Semangat ya om, masih banyak ikan dilautan, eeaak..
#tirtareinstallTinder