Valentine emang udah lewat, tapi kayaknya gue perlu menulis hal ini.
Ketika Valentine berlangsung di Indonesia, langsung ada 3 kubu yang terbentuk
1. Orang yang emang merayakan Valentine (populasi 10%)
2. Orang yang gak merayakan Valentine, tapi bacotnya kemana-mana. Yang haramlah, yang bukan tradisi kita lah, yang sibuk menilai dosa orang lain (populasi 10%)
3. Orang yang gak merayakan Valentine, dan biasa-biasa aja. Menganggap kalo hari itu ya, hari biasa aja. (populasi 80%)
Gue adalah orang yang masuk ke golongan ketiga.
Sebenernya apa sih Valentine itu? Sebenarnya ini adalah sebuah hari raya Katolik (yang muncul akibat seseorang bernama Santo Valentinus) yang entah bagaimana bisa dikorelasikan ke hari kasih sayang. (gue terlalu malas untuk googling masalah ini. Silahkan cari sendiri bagi yang penasaran).
Di masa modern, hari ini identik dengan hari kasih sayang. Yang biasanya, diasosiasikan kepada pasangan, baik itu suami istri ataupun pacar.
Buat gue pribadi, hari Valentine adalah hari dimana para marketer didunia memanfaatkan hari kasih sayang, untuk menjual apapun itu ke masyarakat. Baik itu kartu, coklat, pernak pernik, hingga kondom. Ya, ujungnya cuma keuntungan ekonomis.
Nah disini masalahnya muncul, sebagian orang lalu berkoar koar untuk membenci hari Valentine. Mulai dari menggunakan dalil haram, hingga menggunakan alasan akidah hingga hadist Rasul. Setau gue, Islam tidak pernah mengajarkan membenci sesuatu. Baik itu hari, orang ataupun kaum. Jika tidak sesuai dengan ajaran Islam, tinggalkan.
Ketidaksukaan gue bermula dari sini.
Segelintir orang itu mulai sibuk bikin status, kirim broadcast message, dan mulai menyarankan orang untuk tidak merayakan Valentine (kepada orang-orang yang emang ga merayakannya dari awal). Seolah-olah semua orang merayakan Valentine, seolah-olah semua orang adalah pendosa.
Bahkan ampe muncul demo menolak Valentine.
Don’t get me wrong, tapi gue emang ngga setuju dengan Valentine. Gue setuju itu bukan budaya kita, gue juga setuju itu ga sesuai dengan ajaran Islam.
Tapi yang gue gak setuju adalah cara kita bereaksi. Itu bukan prioritas di Indonesia sekarang. Ada hal-hal lain yang harus dipikirin. Kayak korupsi, pendidikan, kesehatan, transportasi publik dan lain-lain.
Gue rasanya gatal ingin bertanya pada orang-orang yang berkoar-koar melarang Valentine. Mana semangat nya kalo ada kasus korupsi? Mana bacotnya kalo ada puluhan orang mati di jalan raya. Mana congornya kalo kalo biaya pendidikan makin mahal?
Yang lucunya, orang-orang ini adalah orang yang selalu menyalahkan Amerika dan Yahudi atas apa yang terjadi di Indonesia.
Indonesia bodoh, salah Amerika.
Indonesia miskin, akibat Yahudi.
Yang bikin gue senyum-senyum sendiri adalah, orang-orang ini, berkoar-koar tentang Amerika dan Yahudi ini di… Facebook. Sebuah situs yang dibuat warga negara Amerika keturunan Yahudi. Dari komputer Windows atau Apple yang dibuat oleh warga negara Amerika.
See the irony?
Ntah sejak kapan Tuhan butuh bantuan manusia untuk menentukan dosa manusia lainnya.
Gue pasti langsung di cap sekuler atau liberal dengan ngomong kayak gini.
Kalo gue pribadi, merayakan Valentine itu kayak merayakan tahun baru. Yang mau merayakan silahkan, yang ngga ya silahkan. Asal gak merugikan orang lain. FYI, Pas Valentine kemaren gue kerja kayak biasa, pas malam tahun baru 2012, gue tidur dikosan. Ngga ada bedanya.
Urusan dosa, itu mungkin porsi kerja Tuhan, manusia itu sangat kecil untuk mencampuri hal itu.
Berdasarkan ilmu gue yang sangat sedikit ini, Rasulullah ngga pernah berdakwah dengan mengajak membenci sesuatu. Dengan perbuatan agar bisa dicontoh. Dengan tutur kata yang halus dan tingkah laku yang terpuji.
Gue tau gue masih banyak dosa, makanya gue gak berani untuk ngecap tingkah laku orang lain. Ilmu nya belum nyampe.
Jadi perlukah kita merayakan Valentine, menurut gue, tetap tidak perlu. Kasih sayang bisa ditunjukkan setiap hari. Ngga perlu Valentine. Jadi orang yang kritis sebelum menyuarakan sesuatu. Baik itu pro, ataupun kontra.
Kebenaran hanya datang dari Allah, semua yang salah datangnya dari gue..
Wallahu a’lam
Gw yang 80%! Ketika 14Feb gw ngantor dengan jemu, Ketika taon baru gw Nonton Stand Up Comedy :D
err yang kubu JOMBLO dan ‘terpaksa’ gak merayakan kok gak dibahas yah? hahaha
nice thought anyway
Setuju Ta.
Gue juga menganggap hr valentine adalah hari biasa, walaupun gue punya pacar, kami ga menganggap hari itu special. Karena setiap hari kita memberikan dan menerima kasih sayang, baik itu dari orang tua, pacar, saudara, dan teman-teman.
Yang lucunya lagi *gue ngakak pas baca beritanya*, ada serombongan mahasiswa yang demo bakar Kondom sebagai aksi menentang valentine. Huahahahaha,,, What the… Sempit sekali ternyata pikiran mahasiswa2 itu. :D
gue termasuk simpangan atau residual berarti yah?
gue kubu yang gak merayakan, tapi sebel sama orang yang koar2 ngeharamin valentine. :P
i mean, come on, kalau emang bukan budaya kita yaudah diemin aja. orang2 jadi pd tau gegara orang2 berkoar2 ttg hal itu juga kok.
setuju banget sama ini : Ntah sejak kapan Tuhan butuh bantuan manusia untuk menentukan dosa manusia lainnya.
stupid card celebration :lol: tapi tanpa valentine pedagang bunga di lembang (termasuk teman saya yang usaha jual bunga mawar disana) engga akan pernah merasakan jadi exportir :lol: … lumayan ternyata kontribusi indonesia pada valentine itu selain coklat ternyata mawar juga :D
Yang jelas gw udah tahu klo Indonesia bodoh itu salah siapa…salah elu, mas bro #semua-yang-salah-datangnya-dari-gue
:p
tambahan:
valentine adalah sesat dan menyesatkan. dari sono perayaan udah salah untuk yang muslim (yang non-muslim, monggo diatur masing2), which means sesat. dan banyak yang mengajak untuk merayakan valentine ini, which means menyesatkan.
yang lebih parah, banyak pihak memanfaatkan valentine = hari membuat cinta = making love day = ML day. apa yang paling gencar memanfaatkan valentine sebagai ajang dagangan kalo bukan tukang kondom & hotel. anak muda jadi sasarannya.
inget prinsip Pareto kan? 20-80. 20% populasi memiliki 80% kekuasaan dan sebaliknya 80% populasi hanya memiliki 20% kekuasaan.
kita mau berada di mana, di 20% yang bisa menebar manfaat? atau di 80% yang sangat asik menikmati diri mereka sendiri dan menutup mata?
Rasulullah saw pernah bilang, “Jika engkau melihat kemunkaran, ubahlah dengan tanganmu. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisanmu. JIka tidak bisa, ubahlah dengan hatimu, dan itu adalah selemah-lemahnya iman”.
apa kita tergolong orang yang mengubah dengan hati aka. yang-penting-gw-gak-gitu-end-of-the-story? itu pilihan. yang jelas, orang-orang yang sudah memilih minimal mengingatkan dengan lisan patut kita apresiasi karena mereka sudah melakukan “lebih”.
kalau teknisnya yang memang kurang sedap, kembali ke ilmu masing-masing. ada yang tinggi, ada juga yang cetek. bantu mereka supaya lebih pinter :D
#Tuhan memang tidak butuh manusia untuk menentukan dosa manusia lainnya, tapi manusia butuh manusia lainnya untuk saling mengingatkan dalam kebaikan :)
@oo : Ahhh, komen yang luar biasa. Terima kasih :)
gue muslim tp gue trmsk org yg nyantai dgn adany valentine..mnrt gw g ad slahnya dgn valentine hny trgntung carany aj..bukanny seru ad 1 hari dmn org2 d ingatkn untk brbagi ksh sayang..anak nyium bunda ny,suami ngsh bunga k istri, tmn2 yg rame2 tukeran coklat,kyknya romantis deh..cm mslh momen doang kok ini..klo lu ngrayain nya sbatas gni2 doang gak d larang agama kn?
yg mnyamaknny dgn ml day=konyol..
heuhh jadi riweuh, intiny mah trgantung org ny..
Gw definitely yang 80%.
Untuk yang tidak merayakan, menemui rekan seiman lalu menjudge bahwa itu merupakan dosa besar?? Tidak ada pembenaran untuk melakukan hal itu lho..
Fastabiqul Khairat? tentu Baik, namun musti diingat bahwa harus dilakukan dengan cara yang baik juga.. kalau tidak, jangan berharap bahwa hal itu akan didengar.. :)
Kalau ada yang merayakannya dengan melakukan hal2 diluar norma2 yang berlaku? Ya jangan dicontoh.. :D .. mari perbaiki diri dan keluarga terlebih dulu..
– Selamat Hari Rabu… :)
Setujuu. Love this!