Akhir-akhir ini, banyak sekali teman-teman terbaik gue yang memutuskan untuk menikah. Melanjutkan ke jenjang yang lebih serius setelah bertahun-tahun pacaran.
Semula, gue menyangka bahwa pernikahan itu urusan gampang. Cukup membutuhkan dua orang yang saling suka, sudah siap secara lahir dan batin, punya penghasilan yang cukup untuk hidup berdua dan.. menikahlah.
Kadang gue mikir, kenapa kita harus menikah? Apa cuma untuk melegalkan sex? Atau sekadar memenuhi target dari orang tua?
Seiiring berjalannya waktu, akhirnya gue mengerti dan tau jawabannya. Jawaban kenapa sebenarnya orang menikah. Jawaban yang mungkin terasa lebih jujur dari jawaban-jawaban umum lainnya.
Stabilitas perasaan.
Dalam kondisi seumuran gue dan teman-teman gue ini, yang dibutuhkan kadang cuma stabilitas perasaan. Perasaan yang stabil, tanpa harus lagi dipenuhi keraguan, kebimbangan, rasa sedih, khawatir atau naik-turunnya emosi yang sering kita rasakan dulu.
Gak usah takut lagi hidup sendirian,
Gak usah takut lagi sakit sendirian,
Gak usah takut lagi tidur sendirian,
Gak usah takut lagi ama masalah-masalah kehidupan yang akan dihadapi.
Ada tempat berbagi kesenangan,
Ada tempat berbagi masalah,
Ada teman dan tempat lo pulang dan berlindung, ketika diterpa badai kehidupan. Itu sebenarnya tujuan orang menikah.
Kita udah gak cocok lagi dengan mood swing yang terus-terusan terjadi, atau gejolak emosi yang turun naik seperti roller coaster. Makanya, gue melihat kecenderungan yang terjadi di teman-teman gue yang mau menikah, mereka udah gak sempet lagi berantem untuk masalah-masalah kecil. Tingkat toleransinya menjadi lebih tinggi. Kita butuh stabilitas. Dan untuk mencari stabilitas perasaan itu, buat sebagian orang, menikah adalah jawabannya.
Gue adalah anak yang lahir dari keluarga yang berantakan. A broken home kid. Dan buat gue, menikah adalah hal yang harus dilakukan dengan penuh pertimbangan. Enggak cukup cuma rasa suka atau rasa sayang. Ada hal lain yang lebih prinsipil yang harus dipertimbangkan.
Keluargamu menjadi keluarga ku,
Keluargaku menjadi keluarga mu,
Uangku menjadi uangmu,
Masalahku adalah juga masalahmu,
Kehidupanku adalah kehidupanmu.
Menikah adalah situasi yang rumit!
Makanya gue gak senang dengan orang-orang yang khotbah tentang pentingnya pernikahan di twitter, cuma karena mereka sudah menikah. Gue juga tau pernikahan itu penting. Dan gue tau semua orang pengen menikah. Gak ada orang yang mau mati sendirian tanpa pasangan.
Tapi mungkin kehidupan orang lain ga seindah kehidupan lo. Yang bisa menikah dengan lancar, tanpa harus mikirin pasangan, biaya, status sosial, bibit, bebet, bobot dan tetek bengek pernikahan lainnya.
Please try to see things from other people’s shoes.
Ada banyak sekali yang harus dipertimbangkan sebelum menikah,
Harus seagama, begitu udah dapet yang seagama, harus nyari yang se-suku, abis itu harus ama orang yang baik, sabar, kerjaannya mapan, agamanya bagus, penyayang, biaya harus udah ada, dan sebagainya dan sebagainya.
And the list will continue..
Kadang, daftar itu dibuat bukan oleh pribadi yang mau menikah itu sendiri, tapi diciptakan oleh keluarganya. Keluarga menjadi sangat ikut campur dalam urusan ini. Karena ada harga diri keluarga besar yang dipertaruhkan dalam sebuah pernikahan.
Buat gue, pernikahan bukan cuma menyatukan dua orang, tetapi juga menyatukan dua keluarga. Menyatukan dua kehidupan.
Dan pasangan yang menikah itu menjadi baut perekatnya.
Baut perekat yang harus kuat di tempa cobaan, masalah, dan waktu.
Jadi, selamat menikah teman-teman.
Wish you have a prosperous family and great years ahead!
Dan buat yang sudah jatuh cinta dan batal menikah..
Ingat bahwa, bukan cintanya yang salah, hanya orang2nya yang tidak mau mengalah.
Bukan cintanya yang mengecil, hanya ego nya yang membesar.
Bukan cintanya yang padam, hanya pengertiannya yang mulai menghilang.
Bukan cintanya yang tenggelam, hanya masalah2nya yang menguasai permukaan.
Bukan cintanya yang tak sabar, tapi masa penantiannya yang memang telah usai.
Bukan cintanya yang telah pergi, tapi janjinya yang memang tak pernah terbukti.
Selamat mencari cinta yang baru :)
Lo kembali berhasil mengolah fenomena yang ada di sekitaran kemudian mencampurkannya dengan sejumput melankolia. Sepakat sama isi tulisannya, persis kaya apa yang ortu gue selalu ajarin tentang topik pernikahan
Bukan cintanya yg tak sabar, tapi masa penantiannya yg memang telah usai.
Bukan cintanya yg telah pergi, tapi janjinya yg memang tak pernah terbukti.
:)
now you know bud, marriage is not only for 2 persons but also for 2 families. Bagi sbgian org pernikahan itu hal yg sderhana dan bagi sbgian lainnya mrupkan hal yg sangat ‘complicated’. Bnyak psangan yg bhagia stelah mnikah dan bnyak jg yg trauma dg prnikahan mreka.
Ah . .
Ga tau mau komen apa gw . .
Nunggu “cerita” dari teman dan sahabat aja ah . .
Walau satu teman dan sahabat sudah tidak bisa mengambil peran tokoh “cerita”, masi ada teman dan sahabat yang lain ;p
saran yg manfaat bnget gw… ,,, makassiii….
Hmmm the same thing i started to think about these days. Kudos to you bang diingetin. *sambil nangis meratapi kejombloan diri.
Maybe you experience a broken home, came from a broken family, but you definitely not a broken kid, pals.. (-Fajri Al-Lutfi-)
Yang ini gw banget taa hahaa
Lo sukses menceritakan nya dengan baik :)
baru saja tau ttg keberadaan blog ini dari saputraroy, baca postingan yang ini, dan tiba tiba….. MO KAWIIIIIIIINN!!! :’O
hahahhaahha…
pertanyaan gue akhir-akhir ini. sedikit menjawab, tapi nggak menyeluruh. ada yang tahu alasan lain kenapa kita mau menikah?
@rambi : Wuoohhh… makasih Roy!
Ta..
Setelah 8 tahun pacaran dan akan memasuki tahun ke-9 pernikahan.. menikah itu menyenangkan kok.. serius deh :)
Bismillah, and you have the whole world supporting you in your back..
*testimonialdariyangdulutakutnikah
@Nad Paritrana : Gitu ya? Thank you :)
Tapi kayaknya aku pernah baca suatu artikel kalo pernikahan itu juga bisa diandaikan seperti “gambling dengan kemungkinan 50-50”.
Jika anda menikah dengan org yg tepat, yg anda dapatkan adalah surga dunia, tapi jika anda menikah dengan org yg tidak tepat, yg anda dapatkan adalah neraka dunia ^_^;
dan soal pernikahan dua org adalah pernikahan 2 keluarga, aku rasa ini hanya berlaku untuk “budaya timur”.
@Donny : ahhhh, bener juga!
jangan merasa harus segera menikah.. santai aja (biasanya ortu sih ya yg resek wkwkw) Kalau emg sdh waktunya nikah insyaallah ada jalan (& dimudahkan). Pengalaman pribadi, yg tadinya sdh bersiap utk melajang forever.. eh ada yg “mendadak muncul & nekat ngelamar!” hahaha… #skrg berjuang jd istri yg sholehah#
kalo kata mantan gue yg baru nikah 1 thn 7bln trus cerai, apa yg dipersatukan tuhan bisa dipisahkan pengadilan agama trus ngapain nikah?
tidak semua pernikahan berujung pada kebahagiaan, dan tidak semua pasangan bahagia berujung pada pernikahan ;)
Boleh ya bang aku repost sebagian kata2nya..
@anggi : silakan, kasi credit ya? Ngambilnya di mana.