Gue lagi sendirian di ruang meeting hari ini.
Biasanya, gue kerja di ruang tengah kantor, to make myself visible for the others. Jadi ketika mereka punya pertanyaan atau hal-hal lain yang pengen didiskusikan, gue lebih mudah ditemui.
Tapi tidak hari ini. I decided to work alone in the meeting room.
Dari kursi gue duduk, gue bisa melihat dengan jelas ke luar, jendela ruangan ini tepat di hadapan gue. Di luar hujan deras sekali.
It’s raining cats and dogs they say. Ditambah dengan hembusan AC yang tepat ke arah kepala, ruangan ini semakin dingin jadinya.
Musik di ipad gue dimainkan secara acak. Suaranya keluar dari headphone yang gue sedang pakai. Dan algoritma Youtube Music kali ini membawa gue ke lagunya Adele, Make You Feel My Love, tapi dicover oleh Teddy Swims.
Cobain dengerin, deh.
Adele’s song, but this time with a raspy voice.
A simple song, only with piano.
And if you ask me, it adds the depth of the pain to the song.
When the rain is blowing in your face
And the whole world is on your case
I could offer you a warm embrace
To make you feel my love
Lagu ini membawa gue ke percakapan beberapa minggu lalu.
“Let’s end this. I don’t want to be with someone who is unsure with the relationship. Unless it’s an absolute yes, it’s a no.”
To be honest, gue gak tau apa penyebabnya. I cannot pinpoint a single moment when we drifted away. Some say it’s the distance. The others speculated “ada pihak ketiga”
Tapi ini alasan yang gue pake ketika ada yang nanya “ya, nggak jodoh aja.. nggak usah dipaksa.”
Tapi apapun kejadiannya, I am glad it’s over.
Bagaimanapun sayangnya kita kepada seseorang, tentu kita akan mengharapkan hal yang sama, kan? Rasa sayang dan afeksi yang (seharusnya) berjalan dua arah.
Tapi ketika keadaannya nggak demikian, someone should have the guts to end it. And I am glad that person is me.
Daripada harus tergantung tanpa kejelasan. Apakah perasaannya berbalas? Apakah harus bertahan di sebuah hubungan yang kita sama-sama tau gak akan mudah ke depannya? Atau kah berusaha mencoba lagi simply karena nggak ada yang lain?
Not gonna lie, at first it was hard to end the relationship. It offers some kind of deceiving comfort, and we tend to hold into it. Because it’s familiar. Because we are getting used to its routine. But we both know it’s not good for us.
And I know it’s not good for me.
Looking back, I am glad I took the call.
It was nice until it’s over. Sebuah hubungan yang gue perjuangkan dari awal dengan harapan keduanya akan berjuang bersama-sama.
No regrets whatsoever.
I went all in. And it turned out it wasn’t enough. So I have nothing more to offer.
Sekarang saatnya untuk berani melangkah maju, dan terus berharap suatu saat nanti gue pun akan menemukan seseorang yang lebih baik.
Bukan berarti lebih baik dari dia, tapi yang pasti.. lebih baik buat gue.
Toh, itu harapan kita semua, kan? Bahwa kita akan dicintai secara brutal.
Tanpa harus ada yang dipaksa, karena harusnya cinta itu datang dengan sukarela.
I could make you happy, make your dreams come true
Nothing that I wouldn’t do
Go to the ends of the Earth for you
To make you feel my love
To make you feel my love
Lirik lagu tadi mengakhiri melankolia yang sekarang gue rasakan. Lagu itu membawa perasaan baru buat gue. Seakan menjadi tambahan keberanian. Berani mengakhiri rasa tidak nyaman yang gue rasakan beberapa waktu ke belakang.
Gue melemparkan pandangan ke luar jendela, karena terlalu asyik mendengarkan lagu tadi, gue baru menyadari satu hal.
Hujannya berhenti tiba-tiba. The rain has stopped.
And so does the feeling.