Gue dibesarkan di keluarga yang sangat lempeng. Sebuah keluarga yang jarang sekali ngomongin perasaan antara satu dengan yang lain.
Ucapan-ucapan “Love you Dad,” atau “Love you Mom” gak pernah terjadi di keluarga gue. Pembicaraan-pembicaraan sentimental mengenai perasaan jarang sekali keluar di antara kami semua. Hal ini sedikit banyak mempengaruhi karakter gue ketika beranjak dewasa.
I’m not a family man. At all.
Gue bukan lah karakter yang rutin menghubungi keluarga, ayah, bunda, kakak atau adek-adek gue tanpa sebab. Hal ini pernah beberapa kali diprotes oleh adek gue yang ngerasa gue terlalu cuek. Dan merantau sendirian selama sembilan tahun di tanah Jawa seolah memperparah kondisinya.
Ini mungkin ketularan langsung dari ayah gue. Ayah lebih lempeng lagi. Dia adalah tipikal laki-laki Sumatera yang tegas dan keras. Beliau juga jarang sekali menunjukkan perasaannya. Kalau lagi ada urusan di Jakarta, biasanya Ayah cuma akan mengirimkan sebuah sms berisi tiga kata :
“Ayah di Jakarta”
Udah, gak ada kalimat lanjutan untuk minta dijenguk atau apapun.
Bunda juga begitu. Bukan tipe-tipe yang minta ditelfon atau dikabarin setiap hari. Kadang percakapan gue ama kedua orang tua gue bisa kosong selama berbulan-bulan. Tanpa interaksi sama sekali.
Namun hal itu mulai berubah beberapa waktu ke belakang. Ayah yang sedingin es mulai mencair. Yang tiba-tiba keras seperti batu sekarang mulai meminta diperhatikan. Suka ngambek kalo lagi di Jakarta tapi gak gue samperin. Bunda yang dulunya tegar dan cuek sekarang mulai tersipu malu kalo dibecandain.
Awalnya gue heran, kenapa bisa terjadi seperti ini. Kenapa orang yang gue kira karakternya gak mungkin lagi diubah kini melunak.
Akhirnya gue mulai berpikir, bahwa memang situasinya sekarang sudah berubah. Keadaannya tidak lagi sama.
Mereka yang dulu bertahun-tahun membesarkan kita pasti sekarang sedih melihat satu persatu anaknya mulai pergi untuk menjalani kehidupannya masing-masing. Dulu rumah yang terasa ramai, kini mulai dihinggapi sepi.
Situasinya mulai terbalik. Life happens.
Semua anak-anak yang mereka besarkan, satu persatu terbang untuk menjalani kehidupan mereka masing-masing. Dulu mungkin kita yang bersikap seperti anak kecil, sering ngambek meminta perhatian dan mereka selalu memberikannya tanpa syarat.
Sekarang mungkin situasinya sudah terbalik, kini giliran mereka yang meminta sedikit perhatian. Meminta sedikit waktu yang selama ini selalu tersita untuk pekerjaan dan teman-teman.
Dan mau tidak mau, kita harus mulai berganti posisi. Dari yang dulu hanya bisa menerima, kini harus belajar memberi.
Akhirnya gue mulai memulai lagi semuanya dari awal. Mulai menghilangkan “jarak” yang timbul yang sudah gue ciptakan sebelumnya. Gue mulai rutin mengirim bbm ke Ayah untuk sekedar menanyakan kabarnya. Berusaha bertemu setiap kali Ayah pergi ke Jakarta untuk pekerjaannya. And we had several “man dates” while he was in Jakarta.
Atau menyempatkan diri menelfon Bunda sepulang kerja. Tidak ada pembicaraan yang penting, hanya menanyakan masak apa atau kabar kelompok pengajiannya.
Pembicaraan itu mulai mengalir. Lelucon-lelucon yang bisa gue keluarkan terhadap pacar dulu ternyata mampu bekerja untuk Bunda. Dan ternyata, tidak ada yang lebih menenangkan daripada curhat ke seorang ibu. Tutur kata halus lembut yang entah kenapa bisa menghilangkan segala kekhawatiran gue yang muncul.
And I have this intention. I will ask my mother to a perfect date. Maybe watching some movies, go shopping, give her flowers and stuff. Just to make her happy.
Just to show her that I actually care. To say I’m sorry that I never say this out loud.
To say “I love you Mom” because I really mean it.
Karena cepat atau lambat, kita tidak bisa selamanya bersama mereka. That’s the fact that we have to deal with. Lakukan sekarang. Selagi ada, selagi bisa.
Indeed ta..
Gw kebalikannya, yang harus selalu cium nyokap tiap ketemu :). ..
Dibesarkan dengan banyak peluk dan cium, sehingga menerapkan hal yang sama ke keluarga kecil gw sekarang..
Hal yang sama dilakukan oleh anak2 gw..ke eyang putrinya..
Nyenengin orang tua, meluk dan cium mereka, kasi perhatian.. itu Wajib.. :)
Cause Life Happens..
@Nad : Iya nih, gue mau kayak gitu nanti ke keluarga kecil gue. Thanks for sharing.
I was once like you. Cuek sama keluarga, sampai pada akhirnya di satu titik tiba-tiba saya mikir saya gak boleh kayak gini. Saya harus ngasih perhatian ke keluarga. Saya harus menunjukkan kepada kedua orangtua saya bahwa saya menyayangi mereka. Karena kita gak pernah tahu kapan kita akan berpisah dengan mereka. Dan saya gak mau menyesal seumur hidup karena tidak pernah dekat dengan orangtua.
sedih bacanya :( apalagi gue bentar lagi merantau ke pulau tetangga ikut suami :(
hehehe. Itu berarti, bukan dia pas dulu ngga mau dikabarin, dijengukin atau diperhatiin. Ngga minta bukan berarti ngga mau. Menurut gue, dahulu mereka ‘belum berani’ meminta perhatian secara terang-terangan. Semakin ke sini, mereka semakin butuh, dan akhirnya ‘meminta’ untuk menyadarkan kita. :))
Woy woy kalimat endingnya niru dah :)))
wah bang, sama banget kaya ibuk ku.
anaknya di rantau, sekalinya nelepon nanyain “nduk, kamu kebawa blazer mama yang coklat ga?” kriuk kriuk banget. hahahaha. udah pede banget bakal ditanyain kabar dan siap siap manja manja. gagal total.
Wah hebat bias nulis kek gini, berasa banget perasaan yang tertuang… Sama kek dulu gw pernah baca di blog lain yang pernah gw ikutin…
thx for sharing ur feeling with us…
cieee, jadi dah punya bbm ni? kok ga bagi2 pin ke kakaknya?
Dulu: kita berebutan jemput orang tua di pintu sepulang kerja. Sekarang: orang tua yang jemput kita ????
yuhuu,,, bokap gw juga tipe org sumatra yg kaku,, tpi skr udah mulai lunak,, kata mama sering minta tlpon gw tapi yg ngomong tetep aja mama, dia cuma dengerin dari samping… mungkin krna dari kecil ga mesra jadi malu-malu kucing gt… I will teach my future family jadi lebih romantis dikit, minimal sehangat kluarga gw skr…Amin